Sepak Bola Nasional
Ayah kritikus terbesar Bambang Pamungkas
6 November 2020 00:52 WIB
Dokumentasi: Pesepak bola Persija Jakarta Bambang Pamungkas (tengah) memasuki lapangan saat melawan Persebaya Surabaya dalam lanjutan Liga 1 di Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta, Selasa (17/12/2019). Dalam laga tersebut Bambang Pamungkas mengakhiri karirnya di sepak bola sebagai pemain. ANTARA FOTO/M Risyal Hidayat/pras.
Jakarta (ANTARA) - Legenda timnas Indonesia Bambang Pamungkas mengungkapkan bahwa ayahnya adalah kritikus terbesar bagi dia selama berkarier sebagai pemain sepak bola.
“Ayah saya pelatih sepak bola, kritikus terbesar saya dalam karier saya,” ungkap Bambang dalam konferensi pers virtual Pembukaan Biskuat Academy 2020 yang dipantau di Jakarta, Kamis.
Meski ayahnya selalu memberi masukan kepadanya, namun pria yang akrab disapa Bepe itu justru mengaku tak suka jika ayahnya datang ke stadion menonton anaknya bertanding. Pelatihnya, ungkapnya, bahkan pernah rela datang jauh-jauh ke rumah Bambang di Salatiga hanya untuk meminta sang ayah untuk tidak menonton dia.
Alasannya, Bepe takut dan selalu mendadak tak bisa fokus bermain. Ketakutan itu juga muncul karena setiap ayahnya ikut menonton, ia merasa tertekan serta khawatir.
“Jadi pernah suatu ketika pelatih saya ketemu orang tua saya cuma untuk bilang kalau Bambang main, jangan ditonton karena kalau ditonton saya benar-benar hilang (kemampuan) main bolanya,” ucapnya.
Baca juga: Bambang Pamungkas: musuh terbesar seorang atlet adalah popularitas
“Karena setiap bapak nonton saya, pasti bilang tadi kurang ini, itu. Ada benernya juga bahwa tidak seharusnya menekan anak, tetapi lebih ke membiarkan dia menikmati prosesnya sampai nanti pada tahap dia bisa dikoreksi,” kata dia menambahkan.
Namun itu terjadi hanya saat Bambang memulai kariernya di Diklat Salatiga pada periode 1990-1995. Saat sudah menjadi pemain profesional, sosok ayah tetap menjadi kritikus baginya dalam perjalanan kariernya selama 20 tahun hingga akhirnya pensiun pada Desember 2019.
Kritik positif dari sang ayah berhasil mengantarkan Bambang Pamungkas meraih berbagai prestasi sebagai pemain sepak bola, baik itu gelar bagi klub maupun prestasi individu.
Selama membela Persija sejak 1999, Bepe telah membuat 200 gol untuk skuad Macan Kemayoran. Ia juga mempersembahkan dua gelar Liga 1 Indonesia pada 2001 dan 2018, serta satu gelar Piala Presiden 2018.
Adapun saat membela klub Selangor FA, Bepe mempersembahkan gelar Malaysia Premier League, Malaysia FA Cup dan Malaysia Cup, yang semuanya diraih pada tahun 2005.
Sementara untuk gelar individu, Bepe pernah meraih beberapa gelar antara lain pencetak gol terbanyak Liga 1 Indonesia musim 1990/2000, pemain terbaik Liga 1 Indonesia 2001, serta pemain tersubur timnas Indonesia dalam Piala Tiger 2002.
Hingga saat ini, seturut catatan AFC, Bambang Pamungkas masih tercatat sebagai pencetak gol terbanyak di timnas sebelum pensiun pada 2013. Ia mencetak torehan 37 gol dari total 85 penampilan bersama tim nasional Indonesia.
Baca juga: Bambang Pamungkas senang bisa latih talenta muda sepak bola Indonesia
Baca juga: Bambang Pamungkas pilih jadi pemain ketimbang manajer sepak bola
“Ayah saya pelatih sepak bola, kritikus terbesar saya dalam karier saya,” ungkap Bambang dalam konferensi pers virtual Pembukaan Biskuat Academy 2020 yang dipantau di Jakarta, Kamis.
Meski ayahnya selalu memberi masukan kepadanya, namun pria yang akrab disapa Bepe itu justru mengaku tak suka jika ayahnya datang ke stadion menonton anaknya bertanding. Pelatihnya, ungkapnya, bahkan pernah rela datang jauh-jauh ke rumah Bambang di Salatiga hanya untuk meminta sang ayah untuk tidak menonton dia.
Alasannya, Bepe takut dan selalu mendadak tak bisa fokus bermain. Ketakutan itu juga muncul karena setiap ayahnya ikut menonton, ia merasa tertekan serta khawatir.
“Jadi pernah suatu ketika pelatih saya ketemu orang tua saya cuma untuk bilang kalau Bambang main, jangan ditonton karena kalau ditonton saya benar-benar hilang (kemampuan) main bolanya,” ucapnya.
Baca juga: Bambang Pamungkas: musuh terbesar seorang atlet adalah popularitas
“Karena setiap bapak nonton saya, pasti bilang tadi kurang ini, itu. Ada benernya juga bahwa tidak seharusnya menekan anak, tetapi lebih ke membiarkan dia menikmati prosesnya sampai nanti pada tahap dia bisa dikoreksi,” kata dia menambahkan.
Namun itu terjadi hanya saat Bambang memulai kariernya di Diklat Salatiga pada periode 1990-1995. Saat sudah menjadi pemain profesional, sosok ayah tetap menjadi kritikus baginya dalam perjalanan kariernya selama 20 tahun hingga akhirnya pensiun pada Desember 2019.
Kritik positif dari sang ayah berhasil mengantarkan Bambang Pamungkas meraih berbagai prestasi sebagai pemain sepak bola, baik itu gelar bagi klub maupun prestasi individu.
Selama membela Persija sejak 1999, Bepe telah membuat 200 gol untuk skuad Macan Kemayoran. Ia juga mempersembahkan dua gelar Liga 1 Indonesia pada 2001 dan 2018, serta satu gelar Piala Presiden 2018.
Adapun saat membela klub Selangor FA, Bepe mempersembahkan gelar Malaysia Premier League, Malaysia FA Cup dan Malaysia Cup, yang semuanya diraih pada tahun 2005.
Sementara untuk gelar individu, Bepe pernah meraih beberapa gelar antara lain pencetak gol terbanyak Liga 1 Indonesia musim 1990/2000, pemain terbaik Liga 1 Indonesia 2001, serta pemain tersubur timnas Indonesia dalam Piala Tiger 2002.
Hingga saat ini, seturut catatan AFC, Bambang Pamungkas masih tercatat sebagai pencetak gol terbanyak di timnas sebelum pensiun pada 2013. Ia mencetak torehan 37 gol dari total 85 penampilan bersama tim nasional Indonesia.
Baca juga: Bambang Pamungkas senang bisa latih talenta muda sepak bola Indonesia
Baca juga: Bambang Pamungkas pilih jadi pemain ketimbang manajer sepak bola
Pewarta: Shofi Ayudiana
Editor: Irwan Suhirwandi
Copyright © ANTARA 2020
Tags: