Jakarta (ANTARA News) - Hubungan bilateral RI dengan China sejak pembukaan kembali hubungan diplomatik 8 Agustus 1990 telah tumbuh semakin mantap dan kuat bahkan telah ditandatangani Deklarasi Bersama Kemitraan Strategis, kata Dubes RI untuk China, Imron Cotan.

"Kemitraan strategis antara kedua negara merupakan tonggak dalam sejarah hubungan bilateral kedua negara," kata Dubes dalam siaran pers KBRI Beijing yang diterima ANTARA News di Jakarta, Selasa.

Hal tersebut dikemukakan Imron Cotan dalam pesannya terkait 60 tahun pembukaan hubungan diplomatik RI dengan China pada 13 April 2010.

Menuru dia, kemitraan strategis ditandatangani pada pada April 2005 di Jakarta, oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Presiden Hu Jintao dengan tujuan guna menjadi kerangka atau platform dalam meningkatkan kerja sama bilateral yang lebih pragmatis.

Dokumen dimaksud menunjukkan komitmen kedua belah pihak untuk saling melengkapi upaya masing-masing dalam mencapai tujuan nasional di samping dalam membangun kerja sama di tingkat regional maupun global.

Sebagai tindak lanjut dari Deklarasi Bersama Kemitraan Strategis, pada tanggal 21 Januari 2010, RI dan China sepakat untuk menandatangani dan melaksanakan Rencana Aksi, antara lain meliputi pembuatan mekanisme dialog bilateral, kerja sama teknis, kerja sama internasional dan regional, pengaturan pendanaan untuk setiap kegiatan yang dilaksanakan dalam kerangka Rencana Aksi serta mekanisme pengkajian.

Rencana Aksi ini menjadi acuan bagi pelaksanaan kerja sama bilateral di bidang politik, hukum dan keamanan, ekonomi dan pembangunan, sosial budaya, pariwisata serta ilmu pengetahuan dan teknologi.

Pemerintah Indonesia terus berupaya untuk memupuk dan memperkuat kemitraan dengan China yang didasarkan pada prinsip-prinsip saling menghargai dan memahami.

Kerja sama yang telah dilakukan di berbagai bidang akan terus ditingkatkan dan kedua pihak juga akan senantiasa mencari terobosan baru dalam membangun kerja sama demi kepentingan bersama rakyat kedua negara.

Kesemua ini berpijak kepada komitmen yang kuat dari Indonesia terhadap kebijakan "Satu-China" sejak tahun 1950 serta dari pihak China terhadap kebijakan nonintervensi urusan dalam negeri serta penghormatan terhadap kedaulatan, keutuhan wilayah dan kesatuan bangsa.

"Deklarasi Bersama Kemitraan Strategis terbukti efektif dalam meningkatkan hubungan bilateral di berbagai bidang," kata Imron.

Pada sektor perekonomian, volume perdagangan kedua negara secara stabil terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.

Tahun 2009, berdasarkan laporan Badan Pusat Statistik RI, nilai perdagangan telah mencapai 25,5 miliar dolar AS. Implementasi kesepakatan perdagangan bebas ASEAN-China (ACFTA) yang mulai berlaku pada 1 Januari 2010 diharapkan dapat lebih mendorong aktivitas perdagangan lebih jauh.

Saat ini, Pemerintah RI telah menetapkan target perdagangan bilateral dapat mencapai 50 miliar dolar AS pada tahun 2015.

Data statistik tahun 2009 menunjukkan total investasi RRC ke Indonesia baru mencapai 65,50 juta dolar .

Sementara dalam kurun waktu setengah tahun pertama pada 2009 saja investasi dari Indonesia ke RRC telah mencapai 65,54 juta dolar AS. Karena itu, Indonesia perlu lebih meyakinkan para investor China untuk datang dan menanamkan modal di Indonesia.

Di bidang pariwisata, jumlah turis China yang berkunjung ke Indonesia tahun lalu mencapai 324.887 orang. Seiring dengan kemajuan perekonomian China, semakin besar minat penduduk China untuk bepergian ke luar negeri.

Mencermati peluang ini, Indonesia menargetkan untuk menarik 564.000 wisatawan dari China tahun ini.

Rencana kunjungan Perdana Menteri RRC Wen Jiabao ke Indonesia pada tanggal 23-24 April 2010 sangat tepat waktu karena kedua negara telah berkomitmen untuk bersama-sama membangun kawasan yang stabil, damai dan sejahtera.
(T.A025/A011/P003)