Mogadishu (ANTARA News/Reuters) - Sedikitnya 13 warga sipil tewas dalam pertempuran antara pasukan pemerintah Somalia dengan gerilyawan di ibu kota negeri itu, Mogadishu, Senin, dan ledakan bom menewaskan enam orang lagi, kata lembaga pertolongan serta polisi.

Gerilyawan menembakkan mortir ke bandar udara di kota tersebut dari kubu mereka di pasar padat pengunjung Bakara, sehingga memicu tembakan balasan dari pasukan pemelihara perdamaian Uni Afrika (AU) yang bermarkas di bandar udara dan di dekatnya.

"Kami sejauh ini telah membawa 13 warga sipil yang tewas dan lebih dari 30 orang yang cedera. Korban jiwa lebih tinggi dan kami sibuk mengumpulkan korban jiwa," kata koordinator ambulans Ali Muse. Korban jiwa tampaknya akan naik, katanya.

Polisi dan penduduk ibu kota Somalia, yang dirongrong perang, mengatakan dua bom pinggir jalan yang diledakkan dengan pengendali jarak jauh dan ditujukan kepada satu rombongan prajurit AU menewaskan empat warga sipil dan dua perwira polisi.

"Bom pertama nyaris mengenai mobil terakhir AU. Beberapa personil polisi dan warga berlarian ke tempat kejadian, lalu bom berikutnya meledak serta menewaskan orang-orang itu," kata perwira polisi, Nur Salad.

Pemerintah rapuh Somalia hanya menguasai beberapa blok di ibu kota dan gerilyawan Ash-Shabaab, yang ingin memberlakukan versi keras hukum Syari`ah di negara yang kacau tersebut, menguasai banyak wilayah Somalia tengah serta selatan.

Pemerintah selama beberapa bulan telah mengatakan pemerintah akan melancarkan serangan besar terhadap gerilyawan Ash-Shabaab, yang telah mengaku setia kepada Al-Qaida, dan gerilyawan Hizbul Islam.

Beberapa bom juga mendarat di sekitar persimpangan jalan strategis yang dikenal sebagai K4, yang menghubungkan bandar udara dengan tempat tinggal Presiden Sheikh Sharif Ahmed.

Kerusuhan di daratan telah memungkinkan gerombolan perompak tumbuh subur dan menghasilkan jutaan dolar AS dari kapal yang dibajak di Teluk Aden dan Samudra Hindia.

Pemimpin Program Bantuan Pelaut Afrika Timur, Abdrew Mwangura mengatakan awak kapal yang berbendera Saint Vincent dan Grenadine dan dibajak Ahad pagi terdiri atas 11 warganegara India, 10 orang Tanzania, dan lima Pakistan. (C003/K004)