Padang (ANTARA) - Badan Pusat Statistik mencatat ekonomi Sumatera Barat terkontraksi 2,87 persen pada triwulan III 2020 atau jauh menurun dibandingkan periode yang sama pada 2019 yang mencapai 5,17 persen.

"Dari sisi produksi, kontraksi paling dalam dialami oleh sektor penyediaan akomodasi, makanan, dan minuman," kata Kepala BPS Sumbar Pitono di Padang, Kamis.

Menurutnya pandemi COVID-19 telah mengakibatkan goncangan ekonomi yang mengarah pada resesi global dan sejumlah kebijakan yang dilakukan untuk menekan COVID mulai dari PSBB, penutupan sekolah telah berdampak pada peningkatan PHK, penurunan konsumsi dan investasi.

Baca juga: BPS: Konsumsi pemerintah berhasil dongkrak ekonomi triwulan III 2020

Pitono memaparkan dibandingkan triwulan II 2020 ekonomi Sumbar pada triwulan III tumbuh 4,59 persen.

Sumber utama pertumbuhan ekonomi triwulan III 2020 adalah lapangan usaha transportasi dan pergudangan, industri pengolahan serta perdagangan besar, eceran dan reparasi mobil, sepeda motor.

"Namun saat ini perdagangan mobil dan motor masih lesu dibandingkan tahun lalu termasuk aktivitas pedagang besar, eceran , grosir, pusat perbelanjaan masih sepi permintaan bahkan sering tutup," kata dia.

Baca juga: Sri Mulyani: Kondisi terburuk akibat pandemi telah Indonesia lewati

Di sisi lain terdapat fenomena sebagian masyarakat yang cenderung berbelanja daring barang dari luar Sumbar karena ada penawaran ongkos kirim gratis.

"Ini juga mendorong peningkatan aktivitas kargo lewat jalur laut karena maraknya jual beli daring," kata dia.

Sementara pada lapangan usaha pertanian, kehutanan dan perikanan hasil produksi padi berdasarkan data KSA menurun signifikan dibandingkan triwulan II sehingga sektor pertanian terkontraksi minus 0,06 persen.

Kemudian untuk aktivitas penerbangan sudah mulai berangsur pulih karena semakin banyak promo tiket murah seiring dibukanya akses objek wisata.

Berikutnya untuk lapangan usaha konstruksi mulai tumbuh pada triwulan III 2020 karena kembali aktifnya proyek pemerintah seperti pembangunan infrastruktur di Kabupaten Dharmasraya, pembangunan jalan di Pasaman Barat dan jembatan di Padang Pariaman.

"Untuk industri pengolahan aktivitas sudah mulai membaik dan pabrik sudah mulai beroperasi namun belum maksimal karena permintaan belum sebanyak tahun lalu," ujarnya.

Pada sisi ekspor juga mengalami kontraksi seiring penurunan volume komoditas mulai dari CPO, kopi, teh dan rempah.

"Di Sumbar juga terjadi penurunan devisa masuk akibat tidak ada wisatawan asing yang berkunjung akibat pandemi," katanya.

Ia menambahkan pada triwulan III 2020 Sumbar menyumbang 7,08 persen terhadap ekonomi di Sumatera dan 1,15 persen untuk nasional dan masuk urutan ke delapan di Sumatera dibanding provinsi lain.