Mogadishu (ANTARA News/Reuters) - Bentrokan antara pasukan pemerintah Somalia dan gerilyawan garis keras di Mogadishu menewaskan sedikitnya 13 warga sipil, Senin, dan petugas penyelamat mengatakan bahwa jumlah kematian mungkin akan naik.

Gerilyawan Somalia menembakkan mortir ke bandara di ibukota Somalia itu dari markas mereka di kawasan pasar Bakara yang ramai, dan pasukan penjaga perdamaian Uni Afrika (AU) yang berpangkalan di bandara dan daerah berdekatan segera melancarkan serangan balasan.

"Kami sejauh ini telah mengangkut 13 warga sipil yang tewas dan lebih dari 30 orang yang cedera. Jumlah kematian lebih tinggi dan kami masih sibuk mengambil korban," kata Ali Muse, koordinator pelayanan ambulan, kepada Reuters.

Pemerintah transisi kini hanya menguasai sejumlah kecil wilayah di Mogadishu, ibukota Somalia, dan sisanya dikuasai Al-Shabaab yang diilhami Al-Qaeda dan kelompok lebih politis Hezb al-Islam.

Selama beberapa bulan ini pemerintah Somalia menyatakan akan melancarkan ofensif besar-besaran terhadap kelompok gerilya garis keras itu.

Sejumlah bom juga berjatuhan di sekitar persimpangan jalan strategis yang dikenal sebagai K4 yang menghubungkan bandara dengan tempat tinggal Presiden Sheikh Sharif Ahmed.

Al-Shabaab, yang ingin memberlakukan hukum sharia di Somalia, menguasai sejumlah besar wilayah di Somalia tengah dan selatan.

Washington menyebut Al-Shabaab sebagai sebuah organisasi teroris yang memiliki hubungan dekat dengan jaringan al-Qaeda pimpinan Osama bin Laden.

Milisi garis Al-Shabaab dan sekutunya, Hezb al-Islam, berusaha menggulingkan pemerintah Presiden Sharif Ahmed ketika mereka meluncurkan ofensif mematikan pada Mei tahun lalu.

Mereka menghadapi perlawanan sengit dari kelompok milisi pro-pemerintah yang menentang pemberlakuan hukum Islam yang ketat di wilayah Somalia tengah dan selatan yang mereka kuasai.

Al-Shabaab dan kelompok gerilya garis keras lain ingin memberlakukan hukum sharia yang ketat di Somalia dan juga telah melakukan eksekusi-eksekusi, pelemparan batu dan amputasi di wilayah selatan dan tengah.

Somalia dilanda pergolakan kekuasaan dan anarkisme sejak panglima-panglima perang menggulingkan diktator militer Mohamed Siad Barre pada 1991. Penculikan, kekerasan mematikan dan perompakan melanda negara tersebut.

Sejak awal 2007, gerilyawan menggunakan taktik bergaya Irak, termasuk serangan-serangan bom dan pembunuhan pejabat, pekerja bantuan, intelektual dan prajurit Ethiopia.

Ribuan orang tewas dan sekitar satu juta orang hidup di tempat-tempat pengungsian di dalam negeri akibat konflik tersebut.

Pemerintah sementara telah menandatangani perjanjian perdamaian dengan sejumlah tokoh oposisi, namun kesepakatan itu ditolak oleh Al-Shabaab dan kelompok-kelompok lain oposisi yang berhaluan keras.

Gerilyawan muslim garis keras, yang meluncurkan ofensif sejak 7 Mei untuk menggulingkan pemerintah sementara dukungan PBB yang dipimpin oleh tokoh moderat Sharif Ahmed, meningkatkan serangan-serangan mereka.

Tiga pejabat penting tewas dalam beberapa hari sejak itu, yang mencakup seorang anggota parlemen, seorang komandan kepolisian Mogadishu dan seorang menteri yang terbunuh dalam serangan bom bunuh diri.

Selain pemberontakan berdarah, pemerintah Somalia juga menghadapi rangkaian perompakan di lepas pantai negara Tanduk Afrika itu. (M014/K004)