Jakarta (ANTARA) - Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mendorong peningkatan produksi kedelai, salah satunya di Kabupaten Polewali Mandar (Polman), Sulawesi Barat, guna mendukung kebutuhan komoditas tersebut, selain melalui impor.

Dalam kunjungannya melakukan panen kedelai di Polman, Rabu, Mentan mengatakan penyediaan kedelai sangat penting sebagai bahan pangan bergizi bagi masyarakat, dan terkait hal tersebut membutuhkan dukungan dari berbagai stakeholder di tengah kondisi pandemi seperti sekarang ini.

"Untuk 273 juta penduduk Indonesia, kita harus produksi sebanyak banyaknya, dan kebutuhan kedelai itu 2 sampai 3 juta ton. Sekarang kita banyak dipenuhi oleh impor, sementara di luar negeri juga takut kehilangan sumber dayanya. Jadi kita tanam kedelai sekarang biar tahun depan ada kecukupan kedelai," kata Mentan melalui keterangan diterima di Jakarta, Rabu.

Kedelai dalam negeri setidaknya dibutuhkan 90 persen untuk tempe tahu, 5 persen untuk kecap, yoghurt dan produk makanan lain.


Baca juga: Kementan: Kedelai Devon 1 mampu tingkatkan produksi nasional

Baca juga: Sulut alokasikan 6.153 hektare lahan pengembangan kedelai


Kendala saat ini, benih kedelai bersertifikat terbatas dan sebagian besar terkonsentrasi di Jawa dengan masa kadaluarsa benih yang pendek sekitar 4 bulan. Hal ini butuh dukungan dari daerah yang memiliki potensi untuk dilakukan pengembangan produksi kedelai.

Guna memenuhi kebutuhan dalam negeri, Kementan melakukan pemberian bantuan sarana produksi, alat pra panen dan pasca panen, serta mendorong para petani untuk menggunakan fasilitas kredit usaha rakyat (KUR) dan pengembangan pertanian berbasis korporasi dan klaster.

Bentuk komitmen Kementan tahun ini, yakni melalui bantuan budidaya kedelai seluas 500 hektar di Polewali Mandar. Dalam kesempatan itu, Mentan Syahrul memerintahkan jajarannya agar mendampingi produksi pertanaman di Polman dengan menjaga kualitas bibit tanaman yang terbaik.

Berdasarkan data panen kedelai Provinsi Sulawesi Barat Tahun 2019, terdapat luas tanam mencapai 16.158 ha dengan produksi 28.800 ton biji kering dan produktivitas sekitar 1,7 ton/ha.


Baca juga: Akademisi: Tingkatkan produksi kedelai dengan bibit unggul

Selain itu, hilirisasi menjadi hal penting dalam mengembangkan kedelai untuk memberikan solusi harga. Oleh karenanya, Mentan Syahrul menyatakan perlu dibangun kemitraan petani dengan industri supaya memberi kepastian pasar dan pemanfaatan KUR, sehingga petani tidak hanya mengandalkan bantuan pemerintah.

Terkait hal itu, PT Dwitunggal Nusa Mandiri, sebagai perusahaan mitra petani yang menjadi offtaker, menyerap pembelian kedelai di Sulbar.

Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Polewali Mandar, Hassani menyebutkan pertanaman kedelai yang dipanen kali ini adalah hasil dari pertanaman yang dimulai pada akhir bulan Juli sampai dengan pertengahan bulan Agustus 2020 lalu, dari varietas kedelai Argomulyo dan Anjasmoro.

Pemanfaatan lahan setelah musim padi gadu yang dimaksimalkan dengan membuat pola menanam kedelai, diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat petani Polman.

"Upaya yang kita lakukan adalah dengan melakukan sosialisasi dan mengikat kerjasama dengan perusahaan sebagai offtaker, yang dapat menjamin pembelian hasil kedelai dgn harga Rp7.000/kg untuk calon benih dan Rp6.500/kg untuk konsumsi," kata Hassani.

Pada kesempatan ini, Kementan memberikan bantuan benih, alsintan, saprodi, dan lain lain untuk Provinsi Sulawesi Barat senilai Rp44,05 miliar, sedangkan khusus untuk Kabupaten Polman mendapatkan bantuan senilai Rp7,5 miliar.


Baca juga: Mentan : produksi kedelai terendah pada Oktober 2019

Baca juga: Menteri Pertanian hadiri panen raya kedelai di Polewali Mandar