Huawei dan pakar gelar pertemuan bahas teknologi ramah lingkungan
4 November 2020 15:32 WIB
Presiden Digital Power Product Line Huawei, Zhou Taoyuan, dalam gelaran "Better World Summit 2020" bertema"Power Digitalization 2025." ANTARA?HO/Huawei Indonesia.
Jakarta (ANTARA) - Huawei kembali menggelar "Better World Summit 2020" dengan "Power Digitalization 2025" menjadi tema pertemuan secara daring tersebut, yang membahas solusi energi yang adaptif terhadap kebutuhan era digital dan ramah lingkungan.
Sejumlah pakar dari seluruh dunia hadir dan bertukar gagasan serta solusi tentang bagaimana seharusnya operator global mengantisipasi peluang dan tantangan yang dimunculkan oleh beragam dinamika dunia digital dengan perkembangan teknologi dan ekonomi digital.
"Energi, sebagai fondasi dunia digital, telah menjadi bagian penting dalam memperkuat daya saing di era ekonomi digital," kata Presiden Digital Power Product Line Huawei, Zhou Taoyuan, dalam keterangan tertulis, Rabu.
"Seluruh industri perlu memiliki kepedulian yang tinggi terhadap penggunaan energi," dia melanjutkan.
Lebih lanjut, dia mengatakan Huawei mengintegrasikan teknologi daya tradisional dan digital untuk mewujudkan digitalisasi daya.
"Dengan cara ini, kami dapat menggunakan "Bit to manage Watt" dan menghadirkan solusi daya digital yang simple, ramah lingkungan, cerdas, dan dapat diandalkan untuk menjawab tantangan yang dihadapi oleh industri listrik tradisional," ujar Zhou.
Dengan pesatnya perkembangan teknologi baru seperti 5G, Cloud, AI, Big Data, dan IoT, transformasi digital telah dimulai dan membuka serta mewujudkan era digital yang serba dapat dirasakan, terhubung, dan cerdas. Hal ini telah membuat pengembangan 5G dan pusat data besar menjadi sorotan.
Baca juga: Indosat dan Huawei Membangun Jaringan SRV6 Pertama di Asia Pasifik
Baca juga: Huawei Indonesia dukung program vokasi pemerintah
Namun, pada saat yang bersamaan, pembangunan 5G dan pusat data berskala besar dan cepat telah membawa tantangan besar bagi infrastruktur energi, seperti peningkatan konsumsi energi, periode konstruksi pembangunan yang lama, serta biaya pengoperasian dan pemeliharaan yang tinggi.
Menurut Deputi Direktur Departemen Energi Informasi, China Mobile Group Design Institute Co., Ltd, Liu Baochang, fasilitas site energy yang ada saat ini tidak dapat memenuhi kebutuhan daya untuk cakupan 5G.
"Ada kebutuhan mendesak untuk reformasi dan inovasi di bidang ini. Digitalisasi, sistem daya 5G yang cerdas dan terintegrasi memungkinkan penyebaran jaringan 5G yang lebih cepat, lebih terjangkau, dan lebih sederhana," kata Liu.
Sementara itu, Kepala Pemasaran Huawei Digital Power Product Line Huawei, Fang Liangzhou, mengatakan Huawei menggunakan arsitektur jaringan target untuk memandu perencanaan, konstruksi, operasional dan perawatan (O&M) dan pengoperasian infrastruktur daya digital, yang mendorong pesatnya perkembangan ekonomi digital.
Mengenai site power, Huawei mengusulkan penerapan 5G tanpa meningkatkan biaya operasional yang terkait site power, dan bertujuan untuk mengurangi biaya dari tiga aspek serta memanfaatkan sumber-sumber baru.
"Sedangkan untuk pusat data, Huawei mengusulkan fasilitas pusat data generasi mendatang yang sederhana, hijau, cerdas, dan andal yang menggunakan inisiatif "empat rekonstruksi" untuk mengatasi masalah seperti periode pembangunan pusat data yang lama, konsumsi energi yang tinggi, dan O&M yang penuh tantangan," ujar Liu.
Transformasi digital Indonesia
CEO Huawei Indonesia Carrier Business, Andy Ma, mengatakan bahwa Indonesia sebagai bagian dari komunitas global yang mengadopsi transformasi digital juga memiliki tantangan konsumsi daya TIK yang sama seperti yang dihadapi negara lain.
"Konsumsi daya TIK global, termasuk Indonesia, mengalami peningkatan. Saat ini, konsumsi daya TIK mencapai hingga 2 persen dari total konsumsi daya global dan diperkirakan akan mencapai 5 persen pada 2030," kata Andy Ma.
Tidak terkecuali konsumsi daya listrik di setiap stasiun transmisi. Biaya konsumsi listrik, menurut Andy, telah menghabiskan 60 persen dari total biaya kepemilikan pusat data selama sepuluh tahun.
"Kami menghadirkan Huawei digital powers untuk pasar global, termasuk Indonesia, sebagai solusi untuk membantu pembangkit listrik ramah lingkungan dan pemanfaatan daya yang lebih efisien," ujar Andy.
Untuk Indonesia, lanjut Andy Ma, Huawei juga menawarkan solusi hybrid power untuk membantu menurunkan biaya operasional dan pemeliharaan di daerah-daerah yang tidak termasuk jaringan utama.
"Melalui algoritma serta solusi penyimpanan daya kami, kami dapat membantu meningkatkan efisiensi pengoperasian generator diesel dengan mengurangi total waktu pengoperasian hingga 50 persen," Andy menambahkan.
Huawei berkomitmen untuk terus bekerja sama dengan operator global dalam mengantisipasi tantangan dan memanfaatkan peluang baru dunia digital. Huawei juga bertujuan untuk menyuntikkan sumber energi listrik ramah lingkungan ke operator dan membantu mereka mengembangkan bisnis secara berkelanjutan di masa depan.
Baca juga: Huawei & BSSN gelar workshop keamanan siber di Yogyakarta
Baca juga: Taman Nasional Bali Barat uji penggunaan AI untuk pengawasan hutan
Baca juga: Huawei catat peningkatan pendapatan selama pandemi
Sejumlah pakar dari seluruh dunia hadir dan bertukar gagasan serta solusi tentang bagaimana seharusnya operator global mengantisipasi peluang dan tantangan yang dimunculkan oleh beragam dinamika dunia digital dengan perkembangan teknologi dan ekonomi digital.
"Energi, sebagai fondasi dunia digital, telah menjadi bagian penting dalam memperkuat daya saing di era ekonomi digital," kata Presiden Digital Power Product Line Huawei, Zhou Taoyuan, dalam keterangan tertulis, Rabu.
"Seluruh industri perlu memiliki kepedulian yang tinggi terhadap penggunaan energi," dia melanjutkan.
Lebih lanjut, dia mengatakan Huawei mengintegrasikan teknologi daya tradisional dan digital untuk mewujudkan digitalisasi daya.
"Dengan cara ini, kami dapat menggunakan "Bit to manage Watt" dan menghadirkan solusi daya digital yang simple, ramah lingkungan, cerdas, dan dapat diandalkan untuk menjawab tantangan yang dihadapi oleh industri listrik tradisional," ujar Zhou.
Dengan pesatnya perkembangan teknologi baru seperti 5G, Cloud, AI, Big Data, dan IoT, transformasi digital telah dimulai dan membuka serta mewujudkan era digital yang serba dapat dirasakan, terhubung, dan cerdas. Hal ini telah membuat pengembangan 5G dan pusat data besar menjadi sorotan.
Baca juga: Indosat dan Huawei Membangun Jaringan SRV6 Pertama di Asia Pasifik
Baca juga: Huawei Indonesia dukung program vokasi pemerintah
Namun, pada saat yang bersamaan, pembangunan 5G dan pusat data berskala besar dan cepat telah membawa tantangan besar bagi infrastruktur energi, seperti peningkatan konsumsi energi, periode konstruksi pembangunan yang lama, serta biaya pengoperasian dan pemeliharaan yang tinggi.
Menurut Deputi Direktur Departemen Energi Informasi, China Mobile Group Design Institute Co., Ltd, Liu Baochang, fasilitas site energy yang ada saat ini tidak dapat memenuhi kebutuhan daya untuk cakupan 5G.
"Ada kebutuhan mendesak untuk reformasi dan inovasi di bidang ini. Digitalisasi, sistem daya 5G yang cerdas dan terintegrasi memungkinkan penyebaran jaringan 5G yang lebih cepat, lebih terjangkau, dan lebih sederhana," kata Liu.
Sementara itu, Kepala Pemasaran Huawei Digital Power Product Line Huawei, Fang Liangzhou, mengatakan Huawei menggunakan arsitektur jaringan target untuk memandu perencanaan, konstruksi, operasional dan perawatan (O&M) dan pengoperasian infrastruktur daya digital, yang mendorong pesatnya perkembangan ekonomi digital.
Mengenai site power, Huawei mengusulkan penerapan 5G tanpa meningkatkan biaya operasional yang terkait site power, dan bertujuan untuk mengurangi biaya dari tiga aspek serta memanfaatkan sumber-sumber baru.
"Sedangkan untuk pusat data, Huawei mengusulkan fasilitas pusat data generasi mendatang yang sederhana, hijau, cerdas, dan andal yang menggunakan inisiatif "empat rekonstruksi" untuk mengatasi masalah seperti periode pembangunan pusat data yang lama, konsumsi energi yang tinggi, dan O&M yang penuh tantangan," ujar Liu.
Transformasi digital Indonesia
CEO Huawei Indonesia Carrier Business, Andy Ma, mengatakan bahwa Indonesia sebagai bagian dari komunitas global yang mengadopsi transformasi digital juga memiliki tantangan konsumsi daya TIK yang sama seperti yang dihadapi negara lain.
"Konsumsi daya TIK global, termasuk Indonesia, mengalami peningkatan. Saat ini, konsumsi daya TIK mencapai hingga 2 persen dari total konsumsi daya global dan diperkirakan akan mencapai 5 persen pada 2030," kata Andy Ma.
Tidak terkecuali konsumsi daya listrik di setiap stasiun transmisi. Biaya konsumsi listrik, menurut Andy, telah menghabiskan 60 persen dari total biaya kepemilikan pusat data selama sepuluh tahun.
"Kami menghadirkan Huawei digital powers untuk pasar global, termasuk Indonesia, sebagai solusi untuk membantu pembangkit listrik ramah lingkungan dan pemanfaatan daya yang lebih efisien," ujar Andy.
Untuk Indonesia, lanjut Andy Ma, Huawei juga menawarkan solusi hybrid power untuk membantu menurunkan biaya operasional dan pemeliharaan di daerah-daerah yang tidak termasuk jaringan utama.
"Melalui algoritma serta solusi penyimpanan daya kami, kami dapat membantu meningkatkan efisiensi pengoperasian generator diesel dengan mengurangi total waktu pengoperasian hingga 50 persen," Andy menambahkan.
Huawei berkomitmen untuk terus bekerja sama dengan operator global dalam mengantisipasi tantangan dan memanfaatkan peluang baru dunia digital. Huawei juga bertujuan untuk menyuntikkan sumber energi listrik ramah lingkungan ke operator dan membantu mereka mengembangkan bisnis secara berkelanjutan di masa depan.
Baca juga: Huawei & BSSN gelar workshop keamanan siber di Yogyakarta
Baca juga: Taman Nasional Bali Barat uji penggunaan AI untuk pengawasan hutan
Baca juga: Huawei catat peningkatan pendapatan selama pandemi
Pewarta: Arindra Meodia
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2020
Tags: