Pakar: Transformasi pendidikan untuk menjawab kompetensi era digital
4 November 2020 14:33 WIB
Pakar Multimedia Pembelajaran dan Pembelajaran Teknologi Informasi, Universitas Negeri Yogyakarta, Prof. Herman Dwi Surjono, Ph.D saat menjadi narsumber webinar menjawab tantangan transformasi pendidikan dalam era digital. ANTARA/Dedi.
Pontianak (ANTARA) - Transformasi pendidikan sudah menjadi keharusan untuk dilakukan sebagai jawaban atas tantangan dan kompetensi di era digital dan abad ke-21, kata Pakar Multimedia Pembelajaran dan Pembelajaran Teknologi Informasi Universitas Negeri Yogyakarta, Prof. Herman Dwi Surjono, Ph.D.
“Mau tidak mau transformasi pendidikan harus dilakukan. Pendidikan atau kurikulum harus adaptif terhadap perkembangan teknologi terutama dunia digital saat ini yang semakin pesat,” ujarnya saat webinar dengan tema "Menjawab Tantangan Transformasi Pendidikan dalam Era Digital", sekaligus peluncuran media Edukasi Borneo dan Journal Of Edukasi Borneo secara daring, Rabu.
Ia menjelaskan bahwa saat ini juga harus sudah melakukan pergeseran pembelajaran. Hal itu menyesuaikan pekerjaan ke depan.
“Literasi digital sudah saatnya hadir bukan hanya ke guru namun peserta didik. Kompetensi harus ditingkatkan dengan mengacu pada kreativitas, berpikir kritis, kolaborasi dan komunikasi. Guru atau dosen tidak jadi terpusat lagi dalam pengetahuan namun fasilitator. Tren masyarakat global ke depan tentang tujuan pembangunan berkelanjutan,” kata dia.
Transformasi pendidikan menurutnya sangat beralasan karena berdasarkan data pengguna internet aktif mencapai 175,4 juta atau 64 persen dari jumlah penduduk Indonesia.
Baca juga: "Kampus Merdeka" arahkan mahasiswa jadi penggerak transformasi
Baca juga: MPR: Transformasi pendidikan harus perhatikan kualitas-kuantitas guru
“Jumlah penduduk Indonesia mencapai 272,1 juta yang menggunakan telepon pintar 338,2 juta atau 124 persen. Kemudian 175,4 juta pengguna internat atau 64 persen,” kata dia.
Ia menambahkan dari lamanya masyarakat di Indonesia dalam menggunakan internat mencapai 7,59 jam per hari. Untuk membuka media sosial porsi nya cukup dominan yakni mencapai 3,26 jam per hari.
“Dari penggunaan internet dan lamanya pemanfaatan daring tersebut menjadi peluang serta bisa menjadi faktor pendukung untuk transformasi pendidikan. Kembali, pendidikan harus adaptif dengan kondisi saat ini,” jelas dia.
Ia tidak memungkiri juga bahwa letak geografis Indonesia sangat beragam dan untuk mendukung transformasi pendidikan tentu harus didukung infrastruktur jaringan telekomunikasi.
“Kalau di kota besar untuk urusan signal internet sudah tidak ada kendala lagi. Hanya saja di daerah atau pelosok itu. Itu lah tantangan pemerintah agar infrastruktur jaringan internet untuk dipenuhi karena bukan hanya bisa memajukan dunia pendidikan namun aspek lainnya,” jelas dia.
Baca juga: Praktisi berharap Guru Penggerak jadi strategi transformasi pendidikan
Baca juga: Kemenag gandeng Google luncurkan program transformasi pendidikan
“Mau tidak mau transformasi pendidikan harus dilakukan. Pendidikan atau kurikulum harus adaptif terhadap perkembangan teknologi terutama dunia digital saat ini yang semakin pesat,” ujarnya saat webinar dengan tema "Menjawab Tantangan Transformasi Pendidikan dalam Era Digital", sekaligus peluncuran media Edukasi Borneo dan Journal Of Edukasi Borneo secara daring, Rabu.
Ia menjelaskan bahwa saat ini juga harus sudah melakukan pergeseran pembelajaran. Hal itu menyesuaikan pekerjaan ke depan.
“Literasi digital sudah saatnya hadir bukan hanya ke guru namun peserta didik. Kompetensi harus ditingkatkan dengan mengacu pada kreativitas, berpikir kritis, kolaborasi dan komunikasi. Guru atau dosen tidak jadi terpusat lagi dalam pengetahuan namun fasilitator. Tren masyarakat global ke depan tentang tujuan pembangunan berkelanjutan,” kata dia.
Transformasi pendidikan menurutnya sangat beralasan karena berdasarkan data pengguna internet aktif mencapai 175,4 juta atau 64 persen dari jumlah penduduk Indonesia.
Baca juga: "Kampus Merdeka" arahkan mahasiswa jadi penggerak transformasi
Baca juga: MPR: Transformasi pendidikan harus perhatikan kualitas-kuantitas guru
“Jumlah penduduk Indonesia mencapai 272,1 juta yang menggunakan telepon pintar 338,2 juta atau 124 persen. Kemudian 175,4 juta pengguna internat atau 64 persen,” kata dia.
Ia menambahkan dari lamanya masyarakat di Indonesia dalam menggunakan internat mencapai 7,59 jam per hari. Untuk membuka media sosial porsi nya cukup dominan yakni mencapai 3,26 jam per hari.
“Dari penggunaan internet dan lamanya pemanfaatan daring tersebut menjadi peluang serta bisa menjadi faktor pendukung untuk transformasi pendidikan. Kembali, pendidikan harus adaptif dengan kondisi saat ini,” jelas dia.
Ia tidak memungkiri juga bahwa letak geografis Indonesia sangat beragam dan untuk mendukung transformasi pendidikan tentu harus didukung infrastruktur jaringan telekomunikasi.
“Kalau di kota besar untuk urusan signal internet sudah tidak ada kendala lagi. Hanya saja di daerah atau pelosok itu. Itu lah tantangan pemerintah agar infrastruktur jaringan internet untuk dipenuhi karena bukan hanya bisa memajukan dunia pendidikan namun aspek lainnya,” jelas dia.
Baca juga: Praktisi berharap Guru Penggerak jadi strategi transformasi pendidikan
Baca juga: Kemenag gandeng Google luncurkan program transformasi pendidikan
Pewarta: Dedi
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2020
Tags: