Magelang (ANTARA News) - Pesta budaya dan kesenian bertajuk "Garebek Getuk" sebagai upaya kalangan seniman Kota Magelang dan sekitarnya merintis tradisi perayaan hari ulang tahun kota itu secara meriah dan unik, kata Ketua Dewan Kesenian Kota Magelang, Budiyono.

"Akan terus menerus kami kelola, olah, dan kembangkan, memang kami sedang merintis, setiap hari jadi dirayakan melalui `Garebek Getuk`," kata Budiyono di sela puncak perayaan Hari Jadi Ke-1104 Kota Magelang melalui "Garebek Getuk" di Alun-Alun Kota Magelang, Jawa Tengah, Minggu.

Kegiatan itu ditandai dengan pementasan tarian "Ruwat Getuk" yang dibawakan sekitar 150 seniman berasal dari sejumlah komunitas baik di Kota maupun Kabupaten Magelang.

Tarian kolosal itu menceritakan sejarah berdiri Kota Magelang yang bersumber dari Prasasti Mantyasih.

Penetapan hari jadi Kota Magelang pada 11 April berdasarkan tulisan Jawa Kuno di Prasasti Mantyasih yang ditemukan di Kampung Meteseh, Kelurahan Magelang, Kecamatan Magelang Utara, Kota Magelang. Prasasti berangka tahun 907 M itu memuat silsilah para raja Mataram Kuno, sebelum Raja Dyah Balitung.

Para penari terlihat menggambarkan kehidupan masyarakat pada masa lalu yang makmur dan tenteram karena wilayah Magelang dan sekitarnya yang dikelilingi sejumlah gunung itu sebagai tanah yang subur.

Sekelompok penari lain tampak menggambarkan ulah perampok yang mengganggu ketenteraman hidup warga setempat. Warga setempat yang memantapkan persatuannya berhasil mengalahkan kawanan perampok itu sehingga Raja Dyah Balitung berkenan memberikan status wilayah itu sebagai perdikan.

Pada kesempatan itu sekelompok seniman berasal dari Padepokan "Tjipto Boedojo Tutup Ngisor" di lereng Gunung Merapi, Kabupaten Magelang, pimpinan Sitras Anjilin menyuguhkan wayang orang dengan lakon "Mbangun Keraton Ngamarta". Mereka adalah komunitas seniman petani yang selama ini melestarikan dan mengembangkan kesenian wayang orang.

Pementasan mereka di atas panggung berukuran sekitar 40 meter persegi di tengah alun-alun setempat.

"Pentas ini sebagai refleksi betapa membangun suatu negara agar masyarakat hidup makmur itu butuh perjuangan, prihatin, jujur, dan hati yang bersih, niscaya Tuhan memberikan rahmat," kata Sitras yang pada pementasan itu bertindak sebagai dalang.

Puncak perayaan Hari Jadi Ke-1104 Kota Magelang juga ditandai dengan perarakan para pejabat pemkot setempat. Wali Kota Magelang, Fahriyanto, Ketua DPRD Hasan Suryoyudho, dan unsur muspida setempat yang masing-masing mengenakan pakaian kebesaran adat Jawa terlihat menunggang empat kereta kencana sewaan dari Keraton Yogyakarta.

Mereka diarak oleh puluhan pasukan keraton sepanjang sekitar tiga kilometer, mulai dari Gedung Kiai Sepanjang menuju Alun-Alun Kota Magelang. Ribuan warga terutama berasal dari Kota dan Kabupaten Magelang menyaksikan perarakan tersebut, sedangkan tabuhan gamelan terdengar bertalu-talu mengiring prosesi tersebut.

Empat tumpeng ukuran raksasa dengan tatanan ratusan potong getuk khas Magelang diarak oleh puluhan orang dari halaman Masjid Agung Kauman Kota Magelang menuju ke alun-alun setempat untuk diperebutkan masyarakat.

Pada kesempatan itu Fahriyanto memimpin upacara peringatan Hari Jadi Ke-1104 Kota Magelang yang dikemas dengan menggunakan Bahasa Jawa, sedangkan Hasan membacakan sejarah berdiri Kota Magelang.

"Kita patut bangga karena perayaan secara meriah ini menunjukkan gereget masyarakat dalam membangun kota ini," katanya.

Pada masa mendatang, katanya, berbagai komponen masyarakat setempat harus memantapkan semangat persatuan dan gotong royong untuk meningkatkan kesejahteraan hidupnya.

Koordinator Lapangan "Garebek Getuk Kota Magelang 2010", Tri Setyo Nugroho, mengatakan kegiatan itu sebagai upaya menguatkan ikon Magelang sebagai kota budaya.

"Setiap tahun kegiatan ini akan dinanti masyarakat, menjadi ikon budaya Kota Magelang, menjadi imej budaya," katanya.
(U.M029/M028/P003)