Jakarta (ANTARA) - Direktur Jenderal Kerja Sama Multilateral Kementerian Luar Negeri (Kemlu) Febrian A Ruddyard mengatakan kerja sama multilateral menjadi sangat krusial di masa pandemi COVID-19.

"Satu hal penting yang dipelajari dari pandemi COVID-19, bahwa ternyata tidak ada negara di dunia ini yang tidak terhubung dengan negara lain. Semua negara terpengaruh dan berdampak. Tidak ada negara yang kebal dari efek pandemi COVID-19," ujar Febrian A Ruddyard dalam Webinar G20 dan Peran Indonesia di Jakarta, Selasa.

Karena itu untuk merespon krisis, diperlukan aksi bersama secara kolektif. Kerja sama multilateral dalam hal ini menjadi sangat krusial di masa pandemi.

"Tidak ada negara yang sanggup menyelesaikan masalahnya sendiri," ujar Febrian A Ruddyard.

Pandemi ini juga menunjukkan sekaligus kerentanan di tingkat global yang membutuhkan solidaritas dan kerja sama global.

"Tahun ini dunia menghadapi krisis yang belum pernah terjadi sebelumnya dan pandemi COVID-19 ini telah menyebabkan dampak dan perubahan besar dalam kehidupan manusia," kata dia.

Dampak lebih besarnya pandemi COVID-19 menyebabkan terbatasnya juga pergerakan barang dan jasa, perjalanan internasional dan aktivitas perekonomian.

"Pandemi ini adalah penyebab dari krisis yang tidak pernah dirasakan sebelumnya yang memberikan dampak ekonomi yang luas di seluruh dunia antara lain terpuruknya pertumbuhan ekonomi, negara-negara di dunia telah memasuki resesi, secara global angka kemiskinan dan pengangguran bertambah serta melebarnya ketimpangan," ujar Febrian A Ruddyard.

Hal-hal tersebut telah memperburuk permasalahan di tingkat global sebelumnya seperti adanya perang dagang, sifat proteksionisme dari beberapa negara, menguatnya kebijakan yang beragam oleh negara-negara tertentu, perang atau konflik yang berkepanjangan, ketimpangan ekonomi sosial di dunia dan juga berbagai bencana alam yang melanda dunia saat ini.

Baca juga: Dalam Forum G20, Indonesia berperan aktif atasi krisis global

Baca juga: RI ingatkan transformasi ekonomi dan pembangunan inklusif di G20