Wali Kota Jambi rumuskan isolasi pasien COVID-19 agar tidak stres
3 November 2020 15:01 WIB
Wali Kota Jambi Syarif Fasha (tengah) berinisiatif merumuskan formulasi dan manajemen isolasi pasien COVID-19 agar pasien tidak alami depresi dan stres saat jalani masa isolasi. ANTARA/HO-Humas Kota Jambi/am.
Jambi (ANTARA) - Wali Kota Jambi Provinsi Jambi Syarif Fasha berinisiatif merumuskan bagaimana isolasi yang dijalani pasien COVID-19 agar tidak menimbulkan stres.
"Setelah saya terkonfirmasi positif COVID-19 dan menjalani isolasi, saya stres, akan saya jadikan pengalaman ini untuk membuat formulasi dan manajemen isolasi pasien COVID-19 agar tidak alami stres," kata Wali kota Jambi Syarif Fasha di Jambi, Selasa.
Baca juga: Pasien sembuh COVID-19 Jakarta jadi 95.876 orang
Dijelaskan Fasha, rata rata pasien yang terkonfirmasi positif COVID-19 yang harus menjalani masa isolasi dan penyembuhan alami depresi dan stres.
Hal itu dikarenakan dalam setiap minggunya pasien harus menunggu hasil uji swab. Pasien yang dinyatakan terkonfirmasi positif COVID-19 harus menunggu hasil uji swab negatif sebanyak tiga berturut turut barulah dinyatakan sembuh dari COVID-19.
Baca juga: 72,3 persen pasien positif COVID-19 di NTT sembuh
Sementara, hasil uji swab tersebut baru diketahui setelah tujuh hari. Dan hasil uji swab tersebut tidak dapat langsung disampaikan kepada pasien karena banyaknya uji swab yang dilakukan.
Berbekal dari pengalamannya, Syarif Fasha menghimbau masyarakat untuk benar benar menerapkan secara disiplin protokol kesehatan COVID-19. Terutama penerapan 3M, yakni memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak.
Baca juga: 21.938 pasien COVID-19 di RSD Wisma Atlet Kemayoran sudah sembuh
"Yang paling utama memakai masker, karena memakai masker mengurangi 70 persen resiko tertular COVID-19," kata Syarif Fasha.
Fasha menegaskan bahwa COVID-19 benar benar ada dan nyata, sehingga masyarakat diminta untuk tidak terpengaruh dengan isu yang berkembang bahwa COVID-19 tidak ada.
Sebab COVID-19 tidak memandang siapa dan dimana untuk menginfeksi. Baik itu pejabat, TNI-Polri, bupati, wali kota dan siapapun, sehingga masyarakat di tuntut untuk lebih waspada.
"Saya mengalami sendiri dan saya pernah menjadi korban COVID-19, bahkan keluarga saya juga menjadi korban COVID-19," kata Syarif Fasha.
"Setelah saya terkonfirmasi positif COVID-19 dan menjalani isolasi, saya stres, akan saya jadikan pengalaman ini untuk membuat formulasi dan manajemen isolasi pasien COVID-19 agar tidak alami stres," kata Wali kota Jambi Syarif Fasha di Jambi, Selasa.
Baca juga: Pasien sembuh COVID-19 Jakarta jadi 95.876 orang
Dijelaskan Fasha, rata rata pasien yang terkonfirmasi positif COVID-19 yang harus menjalani masa isolasi dan penyembuhan alami depresi dan stres.
Hal itu dikarenakan dalam setiap minggunya pasien harus menunggu hasil uji swab. Pasien yang dinyatakan terkonfirmasi positif COVID-19 harus menunggu hasil uji swab negatif sebanyak tiga berturut turut barulah dinyatakan sembuh dari COVID-19.
Baca juga: 72,3 persen pasien positif COVID-19 di NTT sembuh
Sementara, hasil uji swab tersebut baru diketahui setelah tujuh hari. Dan hasil uji swab tersebut tidak dapat langsung disampaikan kepada pasien karena banyaknya uji swab yang dilakukan.
Berbekal dari pengalamannya, Syarif Fasha menghimbau masyarakat untuk benar benar menerapkan secara disiplin protokol kesehatan COVID-19. Terutama penerapan 3M, yakni memakai masker, mencuci tangan dan menjaga jarak.
Baca juga: 21.938 pasien COVID-19 di RSD Wisma Atlet Kemayoran sudah sembuh
"Yang paling utama memakai masker, karena memakai masker mengurangi 70 persen resiko tertular COVID-19," kata Syarif Fasha.
Fasha menegaskan bahwa COVID-19 benar benar ada dan nyata, sehingga masyarakat diminta untuk tidak terpengaruh dengan isu yang berkembang bahwa COVID-19 tidak ada.
Sebab COVID-19 tidak memandang siapa dan dimana untuk menginfeksi. Baik itu pejabat, TNI-Polri, bupati, wali kota dan siapapun, sehingga masyarakat di tuntut untuk lebih waspada.
"Saya mengalami sendiri dan saya pernah menjadi korban COVID-19, bahkan keluarga saya juga menjadi korban COVID-19," kata Syarif Fasha.
Pewarta: Muhammad Hanapi
Editor: Heru Dwi Suryatmojo
Copyright © ANTARA 2020
Tags: