Baubau, Sultra (ANTARA News) - Tujuh dari sembilan benteng peninggalan Kesultanan Buton di Kota Baubau, Sulawesi Tenggara, kondisinya sangat memprihatinkan karena kurang perhatian untuk perawatan terhadap situs sejarah itu.

Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Baubau Ali Arham di Baubau Kamis mengatakan, pihaknya telah mengiventarisir kesembilan benteng tersebut, namun baru dua benteng yang direhabilitasi oleh pemerintah, yakni Benteng Keraton Wolio yang merupakan benteng terluas dan terpanjang di dunia, dan Benteng Sorawolio.

Ia mengatakan, ketujuh benteng yang kondisinya memprihatinkan itu, sebagian bentuk benteng masih tersusun rapi, tetapi tidak terawat, dan sebagian benteng lain tampak tinggal puing.

Arham mengatakan, Pemerintah kota Baubau telah mengajukan proposal perawatan ketujuh benteng tersebut kepada Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata RI, namun hingga saat ini belum ada tanggapan.

"Kami berharap pemerintah pusat dapat merespon masalah ini, sebab situs sejarah benteng yang ada di Kota Baubau merupakan aset budaya dan cagar alam milik negara yang harus dilestarikan," katanya.

Ia menegaskan, keinginan pemerintah untuk melakukan pendataan terhadap semua benteng yang ada di Indonesia sangat didukung oleh Pemerintah Kota Baubau, oleh karena itu Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Baubau telah menyiapkan berbagai kebutuhan untuk kegiatan pendataan tersebut.

Arham menjelaskan, Kesultanan Buton memiliki sebanyak 134 benteng yang tersebar di empat Wilayah, di antaranya sembilan benteng di Kota Baubau, dan benteng lainnya terdapat di Kabupaten Buton, Kabupaten Buton Utara dan Kabupaten Muna.

Khusus di Kota Baubau terdapat Benteng Keraton Wolio yang dibangun Kesultanan Buton sejak 500 tahun silam, yang berada di perbukitan dengan ketinggian 114 meter di atas permukaan laut, dan luas benteng tersebut sekitar 3.340 meter persegi, dan panjang keliling sekitar 2.740 meter.
(A056/R009)