Moskow (ANTARA) - Otoritas di Moskow menyiapkan vaksinasi massal melawan COVID-19 saat infeksi harian di Rusia mencapai rekor tertinggi lebih dari 18.000 kasus dan kekurangan dokter di seluruh negeri, kata Kremlin pada Jumat.

Penduduk Moskow yang ingin divaksin mungkin dapat melakukannya paling cepat bulan depan vaksin dalam jumlah besar telah didistribusikan pada saat itu, menurut wakil wali kota Anastasia Rakova.

Ibu kota Rusia itu sedang menciptakan jaringan besar ruang vaksinasi khusus untuk 2.500 orang berisiko tinggi, terutama dokter dan guru, yang telah divaksinasi.

Baca juga: Kasus COVID-19 sentuh angka tertinggi, Rusia pertimbangkan tutup bar
Baca juga: Rusia daftarkan vaksin COVID-19 kedua


Sekitar 9.000 penduduk Moskow telah menerima dua suntikan vaksin Sputnik V sebagai bagian dari uji coba skala besar yang berkelanjutan, kata produsen seperti dilaporkan kantor berita RIA pada Kamis (29/10). Vaksin COVID-19 diberikan dalam dua dosis, dengan jeda 21 hari.

Vaksinasi massal kepada masyarakat belum memungkinkan, karena jumlah dosis vaksin yang diperlukan belum didistribusikan, kata Rakova, yang berbicara di saluran TV 24 Rusia.

Rusia menghadapi tantangan dalam meningkatkan produksi vaksinnya, yang menurut Presiden Vladimir Putin berkaitan dengan masalah ketersediaan peralatan.

Juru bicara Kremlin Dmitry Peskov memuji kepahlawanan para profesional medis, tetapi mengakui kekurangan dokter di mana-mana.

Di Moskow, kasus virus corona baru mencapai 5.268 pada Jumat, di bawah rekor tertinggi yang dicapai pada bulan Mei, tetapi merupakan salah satu peningkatan infeksi paling tajam sejak penguncian dilonggarkan awal tahun ini.

Rusia telah mencatat peningkatan infeksi COVID-19 dalam beberapa pekan terakhir. Pihak berwenang melaporkan 18.283 infeksi baru pada Jumat, yang merupakan hitungan tertinggi yang tercatat sejak pandemi dimulai, dan 355 kematian.

Korban tewas akibat COVID-19 Rusia mencapai 27.656 orang. Negara Ini telah melaporkan 1.599.976 infeksi, jumlah terbesar keempat di dunia setelah Amerika Serikat, India, dan Brazil.

Sumber: Reuters

Baca juga: Rusia minta izin WHO bagi penggunaan darurat vaksin Sputnik V
Baca juga: Vaksin COVID-19 Rusia akan diuji klinis pada lansia di atas 60 tahun