Prof Wardiman: Penguatan toleransi diperlukan di tengah keberagaman
28 Oktober 2020 21:40 WIB
Prof Ing Wardiman Djojonegoro saat membuka pelatihan 'Penguatan Toleransi untuk Guru dan Pembimbing Ekstrakulikuler' secara daring, Rabu (28/10/2020). (ANTARA Jatim/HO-BrangWetan/HN)
Surabaya (ANTARA) - Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Prof Dr Ing Wardiman Djojonegoro menilai penguatan toleransi sangat diperlukan di tengah keberagaman masyarakat Indonesia.
"Maka perlu ditanamkan penguatan terhadap nilai toleransi," ujarnya di sela membuka pelatihan bertajuk "Penguatan Toleransi untuk Guru dan Pembimbing Ekstrakulikuler", yang digelar Komunitas Seni Budaya BrangWetan secara daring yang dipantau di Surabaya, Rabu.
Mendikbud periode 1993-1998 itu menjelaskan, dengan kemudahan internet, seperti sekarang dan di tengah masyarakat Indonesia yang beragam, kebebasan berpendapat justru menjadikan hal yang tidak kondusif.
"Banyak kabar bohong yang mudah membuat orang lain tersinggung," ucapnya.
Terlebih, kata dia, saat ini sedang berlangsung pemilihan kepala daerah (pilkada) serentak yang justru akan mudah memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa dengan sikap intoleran.
"Karenanya toleransi diperlukan agar tidak terjadi saling gontok-gontokan. Caranya dengan mengurangi rasa unggul pada diri sendiri, kelompok atau daerah, serta tidak menganggap rendah kelompok yang lain," katanya.
Sementara itu, Ketua Komunitas Seni Budaya BrangWetan Henri Nurcahyo saat dikonfirmasi di Surabaya mengatakan pelatihan penguatan toleransi untuk guru dan pembimbing ekstrakulikuler secara daring berlangsung pada 28-29 Oktober 2020.
"Pelatihan ini dalam rangkaian Program Cinta Budaya Cinta Tanah Air," tuturnya.
Pelatihan diikuti oleh guru-guru dan pembina ekstrakulikuler dari SMP dan SMA di lima kecamatan wilayah Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur.
Sejumlah narasumber dihadirkan dari Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya sebagai pemateri, yaitu Dr A Rubaidi, MAg, Amin Hasan, MPd dan Hernik Faisia, MPdI.
Manajer Program Cinta Budaya Cinta Tanah Air Mohammad Masrullah mengatakan kegiatan ini diharapkan meningkatkan kemampuan guru atau pembimbing ekstrakulikuler dalam menanamkan penguatan toleransi kepada para siswanya.
"Guru berperan untuk menciptakan karakter dan perilaku siswa yang mengedepankan nilai toleransi di sekolah dan lingkungannya. Pembimbing juga diharapkan mampu menyusun model kegiatan bagi para siswa dengan nilai-nilai penguatan toleransi," tuturnya.
"Maka perlu ditanamkan penguatan terhadap nilai toleransi," ujarnya di sela membuka pelatihan bertajuk "Penguatan Toleransi untuk Guru dan Pembimbing Ekstrakulikuler", yang digelar Komunitas Seni Budaya BrangWetan secara daring yang dipantau di Surabaya, Rabu.
Mendikbud periode 1993-1998 itu menjelaskan, dengan kemudahan internet, seperti sekarang dan di tengah masyarakat Indonesia yang beragam, kebebasan berpendapat justru menjadikan hal yang tidak kondusif.
"Banyak kabar bohong yang mudah membuat orang lain tersinggung," ucapnya.
Terlebih, kata dia, saat ini sedang berlangsung pemilihan kepala daerah (pilkada) serentak yang justru akan mudah memecah belah persatuan dan kesatuan bangsa dengan sikap intoleran.
"Karenanya toleransi diperlukan agar tidak terjadi saling gontok-gontokan. Caranya dengan mengurangi rasa unggul pada diri sendiri, kelompok atau daerah, serta tidak menganggap rendah kelompok yang lain," katanya.
Sementara itu, Ketua Komunitas Seni Budaya BrangWetan Henri Nurcahyo saat dikonfirmasi di Surabaya mengatakan pelatihan penguatan toleransi untuk guru dan pembimbing ekstrakulikuler secara daring berlangsung pada 28-29 Oktober 2020.
"Pelatihan ini dalam rangkaian Program Cinta Budaya Cinta Tanah Air," tuturnya.
Pelatihan diikuti oleh guru-guru dan pembina ekstrakulikuler dari SMP dan SMA di lima kecamatan wilayah Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur.
Sejumlah narasumber dihadirkan dari Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya sebagai pemateri, yaitu Dr A Rubaidi, MAg, Amin Hasan, MPd dan Hernik Faisia, MPdI.
Manajer Program Cinta Budaya Cinta Tanah Air Mohammad Masrullah mengatakan kegiatan ini diharapkan meningkatkan kemampuan guru atau pembimbing ekstrakulikuler dalam menanamkan penguatan toleransi kepada para siswanya.
"Guru berperan untuk menciptakan karakter dan perilaku siswa yang mengedepankan nilai toleransi di sekolah dan lingkungannya. Pembimbing juga diharapkan mampu menyusun model kegiatan bagi para siswa dengan nilai-nilai penguatan toleransi," tuturnya.
Pewarta: Fiqih Arfani/Hanif Nashrullah
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2020
Tags: