Semarang (ANTARA) - Inclusive Housing and Urban Development Research Center (IHUDRC), Pusat Riset Teknologi Fakultas Teknik Universitas Diponegoro, menginisiasi perumahan dengan harga Rp110 juta per unit untuk rumah tipe 36 dan uang muka dapat dicicil serta angsuran Rp20.000-an per hari.

"Program perumahan ini bagi yang belum punya rumah dengan penghasilan kurang dari Rp6 juta per bulan," kata inisiator sekaligus pakar perumahan dari Universitas Diponegoro Dr. Ing. Asnawi Manaf, S.T. di Semarang, Rabu.

Asnawi menjelaskan bahwa IHUDRC Undip bekerja sama dengan Kementerian PUPR dan Kementerian ATR/BPN serta Bank Jateng mencoba menawarkan suatu gagasan inovatif dan menginisiasi pelaksanaannya dalam bentuk proyek percontohan di Ungaran, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah.

Namun, kata Asnawi yang juga anggota Majelis Wali Amanat Undip, Griya Perdana Ungaran yang merupakan perumahan berbasis komunitas dengan dukungan program Bantuan Pembiayaan Perumahan Berbasis Tabungan (BP2BT) swadaya ini jumlah unitnya terbatas atau hanya untuk 200 kepala keluarga (KK).

"Jika ingin tahu lebih detail persyaratan untuk mendapatkan rumah murah, silakan kontak (024) 76905479, WA 08112680886, dan/atau @propertyloversmg," kata
Asnawi.

Asnawi menegaskan bahwa rumah adalah kebutuhan dasar bagi suatu keluarga, bahkan setiap keluarga tentu mendambakan hunian yang aman, nyaman, dan sehat.

Akan tetapi, faktanya masih banyak keluarga Indonesia yang belum mampu memiliki rumah sesuai dengan dambaannya karena terkendala harga rumah yang terus melambung, apalagi di tengah pandemi COVID-19 yang berdampak pada tingkat penghasilan mereka.

Menurut Asnawi, harga rumah ini lebih murah jika dibandingkan dengan harga rumah subsidi yang diprogramkan oleh pemerintah yang pada tahun ini mencapai Rp150 juta.

"Hal ini terasa cukup berat bagi keluarga dengan penghasilan Rp6 juta ke bawah," katanya.

Ia lantas memberi gambaran rumah subsidi yang dikenal saat ini dengan uang muka Rp7,5juta. Mereka harus membayar cicilan hingga Rp1,1 juta per bulan. Belum lagi, bagi mereka yang masih mencicil kendaraan dan kebutuhan lainnya.

"Cicilan sebesar itu masih dirasakan cukup berat, apalagi pada masa pandemi saat ini, hampir semua perbankan cukup enggan untuk memenuhi permohonan KPR dari keluarga dengan tingkat penghasilan tersebut," katanya.

Melalui skema pembangunan perumahan berbasis komunitas dengan dukungan program BP2BT Swadaya dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), katanya lagi, rumah tipe 36 di lokasi yang sangat strategi ini cukup diangsur kurang lebih Rp20 ribu/hari selama 15 tahun.

Baca juga: PUPR: Pembangunan rumah subsidi harus dibarengi kualitas bangunan
Baca juga: BTN tawarkan bunga 10 persen tiga tahun genjot KPR subsidi
Baca juga: Kementerian PUPR alokasikan Rp16,66 triliun untuk FLPP tahun depan