Menyusul kunjungan PM Jepang, Indonesia soroti tantangan kerja sama
27 Oktober 2020 20:11 WIB
Tangkapan layar Direktur Asia Timur dan Pasifik Kementerian Luar Negeri, Santo Darmosumarto, dalam acara diskusi terkait kemitraan strategis Indonesia dan Jepang yang digelar secara virtual dari Jakarta, Selasa (27/10/2020). ANTARA/Aria Cindyara.
Jakarta (ANTARA) - Pemerintah Indonesia berupaya untuk memperkuat hubungan dengan Jepang dan menyoroti sejumlah tantangan dalam kerja sama kedua negara yang masih perlu diatasi, sebagai tindak lanjut dari kunjungan Perdana Menteri Jepang Yoshihide Suga pada 20 Oktober lalu.
“Kunjungan itu merupakan bagian dari peningkatan kerja sama [Indonesia dan Jepang], yang berikutnya justru yang lebih susah yaitu untuk menindaklanjuti berbagai macam kegiatan dari hasil kunjungan tersebut,” kata Direktur Asia Timur dan Pasifik Kementerian Luar Negeri, Santo Darmosumarto, dalam acara diskusi terkait kemitraan strategis Indonesia dan Jepang yang digelar secara virtual dari Jakarta, Selasa.
Menurut Santo, kunjungan PM Suga ke Indonesia dan pertemuan dengan Presiden Joko Widodo, yang menjadi bagian dari kunjungan pertamanya ke negara asing usai resmi menjadi pemimpin Jepang pada pertengahan September lalu, secara simbolis mencerminkan pentingnya kerja sama di tengah pandemi COVID-19 bagi Jepang dan Indonesia.
“Di saat banyak negara merasa perlu untuk inward-looking dan mengisolasi, Indonesia dan Jepang justru melihat solusi dari permasalahan kita adalah untuk melakukan kerja sama dan bermitra,” ujarnya.
Adapun menurut Santo, meski hubungan Indonesia dan Jepang terbilang dekat, masih ada sejumlah tantangan yang menjadi pekerjaan rumah dalam kemitraan kedua negara, salah satunya terkait kuota sumber daya manusia Indonesia untuk bekerja di Jepang.
“Itu kita masih harus tingkatkan salah satunya dengan meningkatkan kapasitas dari SDM di Indonesia,” kata Santo.
Indonesia juga mengharapkan segera dibukanya kembali akses masuk ke Jepang bagi para pelaku bisnis esensial tanpa perlu melalui masa karantina namun dengan tetap menerapkan protokol kesehatan yang baik, menyusul keputusan Jepang untuk kembali membuka akses bagi para perawat asal Indonesia ke negara tersebut pada bulan November.
Selain itu, terkait bidang perdagangan, Santo menyebut kedua negara masih perlu membahas hambatan perdagangan produk pertanian, perikanan dan kehutanan guna mengatasi permasalahan tersebut.
“Terkait penerimaan standar Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) untuk bisa dilakukan oleh Jepang agar ekspor kita terkait dengan kelapa sawit bisa meningkat ke Jepang dan juga kredibilitas dari ISPO juga semakin diterima di dunia internasional,” paparnya.
Adapun di bidang investasi, pihaknya berharap agar Jepang dapat kembali menjadi investor nomor satu di Indonesia.
Menurut Santo, saat berkunjung ke Tanah Air, PM Suga secara tidak langsung bercerita kepada sektor swasta Jepang bahwa sudah waktunya untuk semakin meningkatkan kembali investasi Jepang di Indonesia.
Baca juga: Presiden Jokowi dan PM Jepang sepakati "Travel Corridor Arrangement"
Baca juga: Rachmat Gobel: Kedatangan PM Jepang bawa pesan khusus dan strategis
“Kunjungan itu merupakan bagian dari peningkatan kerja sama [Indonesia dan Jepang], yang berikutnya justru yang lebih susah yaitu untuk menindaklanjuti berbagai macam kegiatan dari hasil kunjungan tersebut,” kata Direktur Asia Timur dan Pasifik Kementerian Luar Negeri, Santo Darmosumarto, dalam acara diskusi terkait kemitraan strategis Indonesia dan Jepang yang digelar secara virtual dari Jakarta, Selasa.
Menurut Santo, kunjungan PM Suga ke Indonesia dan pertemuan dengan Presiden Joko Widodo, yang menjadi bagian dari kunjungan pertamanya ke negara asing usai resmi menjadi pemimpin Jepang pada pertengahan September lalu, secara simbolis mencerminkan pentingnya kerja sama di tengah pandemi COVID-19 bagi Jepang dan Indonesia.
“Di saat banyak negara merasa perlu untuk inward-looking dan mengisolasi, Indonesia dan Jepang justru melihat solusi dari permasalahan kita adalah untuk melakukan kerja sama dan bermitra,” ujarnya.
Adapun menurut Santo, meski hubungan Indonesia dan Jepang terbilang dekat, masih ada sejumlah tantangan yang menjadi pekerjaan rumah dalam kemitraan kedua negara, salah satunya terkait kuota sumber daya manusia Indonesia untuk bekerja di Jepang.
“Itu kita masih harus tingkatkan salah satunya dengan meningkatkan kapasitas dari SDM di Indonesia,” kata Santo.
Indonesia juga mengharapkan segera dibukanya kembali akses masuk ke Jepang bagi para pelaku bisnis esensial tanpa perlu melalui masa karantina namun dengan tetap menerapkan protokol kesehatan yang baik, menyusul keputusan Jepang untuk kembali membuka akses bagi para perawat asal Indonesia ke negara tersebut pada bulan November.
Selain itu, terkait bidang perdagangan, Santo menyebut kedua negara masih perlu membahas hambatan perdagangan produk pertanian, perikanan dan kehutanan guna mengatasi permasalahan tersebut.
“Terkait penerimaan standar Indonesian Sustainable Palm Oil (ISPO) untuk bisa dilakukan oleh Jepang agar ekspor kita terkait dengan kelapa sawit bisa meningkat ke Jepang dan juga kredibilitas dari ISPO juga semakin diterima di dunia internasional,” paparnya.
Adapun di bidang investasi, pihaknya berharap agar Jepang dapat kembali menjadi investor nomor satu di Indonesia.
Menurut Santo, saat berkunjung ke Tanah Air, PM Suga secara tidak langsung bercerita kepada sektor swasta Jepang bahwa sudah waktunya untuk semakin meningkatkan kembali investasi Jepang di Indonesia.
Baca juga: Presiden Jokowi dan PM Jepang sepakati "Travel Corridor Arrangement"
Baca juga: Rachmat Gobel: Kedatangan PM Jepang bawa pesan khusus dan strategis
Pewarta: Aria Cindyara
Editor: Fardah Assegaf
Copyright © ANTARA 2020
Tags: