Jakarta (ANTARA) - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati selaku Ketua Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK) menilai aktivitas perekonomian triwulan III 2020 telah menunjukkan adanya pemulihan setelah pada triwulan II mengalami tekanan hingga 5,32 persen.

Dalam konferensi pers di Jakarta, Selasa Sri Mulyani menyatakan perbaikan secara berangsur didorong oleh percepatan realisasi dari stimulus fiskal atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) dan perbaikan dari sisi ekspor.

Percepatan realisasi dari stimulus fiskal ditunjukkan dengan belanja pemerintah pada triwulan III yang meningkat sangat signifikan sebesar 15,5 persen (yoy) yaitu Rp1.841,1 triliun atau 67,2 persen dari target dalam Perpres 72/2020.

Belanja pemerintah meningkat karena realisasinya didorong untuk bantuan sosial dan dukungan kepada dunia usaha terutama usaha mikro kecil dan menengah (UMKM).


Baca juga: KSSK: Stabilitas sistem keuangan terjaga topang pemulihan ekonomi

“Hal ini dilakukan di dalam keseluruhan pelaksanaan program pemulihan ekonomi nasional (PEN),” ujarnya.

Kemudian, kinerja ekspor juga menunjukkan perbaikan terutama pada beberapa komoditas seperti besi, baja, pulp, tekstil dan produk tekstil yang ditopang dengan berlanjutnya permintaan global terutama berasal dari Amerika Serikat (AS) dan China.

Sementara itu, meskipun investasi masih terlihat dalam tekanan namun beberapa sektor sudah menunjukkan perbaikan seperti sektor bangunan seiring dengan berlanjutnya berbagai proyek-proyek strategis nasional yang mulai dilaksanakan kembali.

“Pemulihan ekonomi didukung oleh stabilitas dari sisi makro ekonomi yang dijaga secara baik dan bersama oleh KSSK,” ujarnya.

Untuk inflasi berada pada level yang rendah sebesar 1,42 persen (yoy) pada September 2020 sejalan permintaan yang memang belum pulih secara keseluruhan di tengah pasokan yang masih memadai.

Ia melanjutkan, ketahanan faktor eksternal turut terjaga yakni tercermin pada defisit transaksi berjalan secara keseluruhan pada 2020 yang diperkirakan tetap rendah dengan ditopang oleh surplus neraca perdagangan pada triwulan III sebesar 8,03 miliar dolar AS.

Posisi cadangan devisa Indonesia pada akhir September 2020 tetap tinggi sebesar 135,2 miliar dolar AS atau meningkat dari 131,7 miliar dolar AS dari posisi Juni 2020.


Baca juga: KSSK: Stabilitas sistem keuangan normal meskipun kewaspadaan meningkat

Posisi cadangan devisa 135,2 miliar dolar AS setara dengan pembiayaan 9,5 bulan impor atau 9,1 bulan impor plus pembayaran utang luar negeri pemerintah.

Untuk nilai tukar juga cukup stabil didukung langkah-langkah stabilisasi oleh Bank Indonesia (BI) yakni mengalami depresiasi 4,2 persen secara point-to-point pada triwulan III sejalan dengan masih tingginya ketidakpastian pasar keuangan.

Sri Mulyani menyatakan KSSK akan terus mendukung proses pemulihan ekonomi yang sudah mulai berjalan dengan memobilisasi seluruh instrumen kebijakan dan aspek regulasinya.

Ia menuturkan koordinasi kebijakan dari anggota KSSK akan diarahkan untuk mendorong pertumbuhan kredit perbankan baik dari sisi penawaran maupun permintaan dengan tetap terus menjaga stabilitas sistem keuangan.

Sementara dari sisi fiskal, pelaksanaan anggaran hingga akhir tahun akan terus dimaksimalkan sebagai instrumen penting dalam rangka mendorong dan memulihkan ekonomi.

“Kebijakan moneter dan makroprudensial yang akomodatif akan terus ditempuh dan program kebijakan relaksasi restrukturisasi kredit perbankan serta lembaga pembiayaan akan terus didukung,” katanya.


Baca juga: KSSK: APBN telah laksanakan fungsi "countercyclical" yang efektif

Baca juga: Sri Mulyani: Stimulus perlindungan sosial terealisasi Rp85,3 triliun