Jakarta (ANTARA) - Wakil Ketua MPR RI Jazilul Fawaid mengatakan peringatan Hari Sumpah Pemuda harus dijadikan momentum agar para pemuda saat ini bersikap harus lebih mengutamakan kepentingan bangsa di atas kepentingan pribadi.

"Untuk itu diharapkan para pemuda dalam bersikap harus lebih mengutamakan kepentingan bangsa di atas kepentingan pribadi. Bila mengutamakan kepentingan bangsa maka pemuda tidak akan bersikap menang sendiri atau benar sendiri namun kebersamaan. Sikap demikianlah yang perlu dikembangkan," kata Jazilul dalam keterangannya di Jakarta, Selasa.

Dia mengatakan, tantangan pemuda pada masa sekarang lebih berat, dahulu musuh sangat jelas, yakni penjajahan Belanda namun saat ini tantangan yang dihadapi para pemuda tidak hanya masalah yang ada pada dirinya namun juga masalah kebangsaan.

Menurut dia, Indonesia merupakan bangsa yang terdiri dari beragam suku, bahasa, dan agama. Keragaman tersebut di satu sisi bisa menjadi pemersatu namun di sisi lain juga bisa menjadi pemicu perpecahan.

Potensi perpecahan yang ada menurut Jazilul bisa terjadi bila ada sikap ingin menang sendiri, benar sendiri ditambah dengan berita bohong atau hoaks.

"Apabila pada masa lalu, penjajah adalah musuh yang nyata di depan mata maka hal-hal itulah yang menjadi tantangan para pemuda saat ini. Bila pemuda pada masa lalu peduli pada bangsanya, maka pemuda saat ini juga wajib demikian," ujarnya.

Dia mengatakan pada Kongres II Pemuda, sikap kebersamaan dan tidak merasa menang dan benar sendiri terbangun, hasilnya sangat luar biasa yaitu muncul Sumpah Pemuda. Menurut dia, Sumpah Pemuda sebagai keputusan yang monumental perlu terus dilanggengkan dengan tetap menjaga persatuan.

Selain itu dia menceritakan, Keputusan Kongres II Pemuda pada tanggal 28 Oktober 1928 yakni Sumpah Pemuda, tercipta melalui proses yang panjang. Gagasan tersebut sudah ada sejak Kongres I Pemuda pada tahun 1926.

Menurut dia, proses untuk menjadi bangsa Indonesia memang memerlukan sejarah panjang, bangsa Indonesia merdeka tidak secara instan atau pemberian penjajah namun melalui proses perjuangan.

"Sejak Perang Diponegoro, Perang Padri, Perjuangan Sultan Hasanuddin, serta kisah-kisah perjuangan tokoh agama dan masyarakat lainnya dilakukan agar bangsa ini lepas dari penjajahan bangsa asing," katanya.

Jazilul menilai kegigihan para pemuda pada masa lalu, semangatnya perlu dirawat dan dilestarikan. Pada masa itu para pemuda tidak pernah lelah dan tidak pernah habis memikirkan bagaimana satu nusa, satu bangsa, dan satu bahasa Indonesia.

"Saat ini bagaimana persatuan yang sudah dirintis oleh para pemuda terdahulu bisa dipertahankan bahkan diperkokoh. Para pemuda atau generasi muda sekarang harus terus berpikir bagaimana persatuan tetap terjaga," katanya.