Kupang (ANTARA News) - Peringatan wafatnya Isa Almasih oleh umat Kristiani di Kupang, Nusa Tenggara Timur (NTT), Jumat, diwarnai drama "Tablo" atau jalan salib hidup dimainkan Orang Muda Katolik (OMK) Stasi Santu Petrus Paulus Paroki Santu Yoseph Pekerja Penfui.

Seperti disaksikan di Kupang, drama napak tilas penderitaan Yesus diawali adegan perjamuan malam terakhir antara Yesus dan ke-12 muridNya lalu dilanjutkan dengan vonis mati Yesus oleh Ponsius Pilatus karena dituduh sebagai pengkhianat.

Peserta jalan salib dari berbagai wilayah dalam Kota Kupang ini mengarahkan perhatiannya ketika Yesus ditangkap oleh seorang muridNya bernama Yudas Iskariot yang berkhianat terhadap Yesus yang dalam tablo itu diperankan oleh Pemuda Octovianus Pandong (30).

Yesus pun dengan ikhlas menerima hukuman dan memanggul sendiri Salib menuju bukit Golgota sebagai lambang Yesus wafat unutk menanggung dosa umat manusia yang percaya kepadaNya.

Dalam perjalanan menuju Bukit Golgota yang artinya Bukit Tengkorak, Yesus yang lahir di Betlehem itu sempat jatuh tiga kali karena dicambuk oleh para algojo yang saat itu diperankan oleh Erwin, Rian, Willy, James, Dony, Jose, Balla dan Joao, namun tidak sedikit orang yang bersimpati kepada Yesus hingga meneteskan air mata.

Wakil Walikota Kupang, Daniel Hurek yang ikut menyaksikan Tablo tersebut mengatakan drama ini selain mengenang kejadian yang dialami Isa Almasehi 2000 tahun lalu juga ingin mendekatkan umat akan penderitaan yang dialami Yesus yang harus diimplementasikan dalam hidup bermasyarakat.

"Apa yang dilakonkan para pemuda itu harus bermanfaat bagi setiap orang terutama umat Kristinasi yang saat ini merayakan wafatnya Isa Almasehi dengan mengapklikasikan dalam hidup setiap hari terhadap orang yang miskin dan susah karena tekanan ekonomin dan faktor lainnya," katanya.

Sementara itu ditempat terpisah ribuan peziarah Katolik dari berbagai belahan Nusantara mulai berdatangan di Larantuka, ibu kota Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT), mengikuti Prosesi Jumat Agung, di ujung timur Pulau Flores itu mulai petang ini hingga Sabtu dini hari nanti.

Prosesi Jumat Agung yang akan berlangsung pada 2 April itu merupakan tradisi keagamaan yang sudah berjalan lima abad ketika koloni Portugis pertama kalinya menyebarkan agama Katolik di Flores Timur dan kepulauan sekitarnya.

Bagi umat Katolik di luar wilayah Keuskupan Larantuka, Prosesi Jumat Agung lebih bermuara pada penghayatan umat Kristiani akan kisah derita dan sengsara Yesus Kristus sampai akhirnya wafat di Kayu Salib.

Prosesi Jumat Agung di Larantuka, dihayati orang Nagi (sebutan khas untuk orang Larantuka) sebagai perenungan dalam mengikuti perjalanan Bunda Maria yang begitu berduka cita dalam menyaksikan penderitaan putraNya Yesus Kristus.

Atas dasar itu, patung Bunda Maria (Tuan Ma) diarak keliling Kota Larantuka pada Prosesi Jumat Agung tersebut, karena telah dinobatkan sebagai pelindung Kota Larantuka yang terletak di bawah kaki Gunung Ile Mandiri itu.

Patung Tuan Ma itu diyakini sebagai penjelmaan langsung dari Bunda Maria ketika pertama kali ditemukan oleh Resiona, seorang penduduk asli Larantuka di bibir Pantai Larantuka. (T.B017/Z002)