Jakarta (ANTARA) - Indonesia mendorong Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNESCO) untuk mempercepat reformasi agar dapat sejalan dengan zaman, demikian menurut Delegasi Tetap Indonesia untuk UNESCO, Arrmanatha Nasir.

Berbicara dalam rangka peringatan 70 tahun hubungan Indonesia-UNESCO secara virtual, Senin, Arrmanatha menyebut bahwa reformasi UNESCO adalah bagian dari reformasi Perserikatan Bangsa-Bangsa--yang belakangan banyak digaungkan karena dianggap mandek.

"Apabila UNESCO ingin tetap relevan, pertama mungkin kita harus lebih cepat lagi melakukan transformasi strategis, yang sudah diluncurkan beberapa tahun yang lalu, tetapi berjalan sangat lambat," kata Arrmanatha.

Baca juga: Kaldera Toba ditetapkan sebagai UNESCO Global Geopark
Baca juga: Hadapi COVID-19, Indonesia dorong UNESCO prioritaskan pendidikan


Perubahan strategis di badan multilateral tersebut, menurut Arrmanatha, antara lain pada struktur organisasi, peningkatan efisiensi, dan metode kerja, serta pengaturan ulang program atau reprogramming.

"Reprogramming juga harus lebih tepat sasaran, tidak saja dimotivasi oleh keinginan negara donor atau pun kepentingan sebagian kelompok," ujar Arrmanatha, yang juga menjabat sebagai Duta Besar Indonesia untuk Prancis.

Pada Oktober 2017, Amerika Serikat (AS) menyatakan pengunduran diri dari keanggotaan di UNESCO dengan alasan menuntut reformasi, serta memilih untuk menjadi negara pengamat dalam organisasi tersebut.

"Keputusan ini tidak diambil secara sembarangan, dan merefleksikan keprihatinan AS atas tunggakan yang meningkat di UNESCO, kebutuhan untuk melakukan reformasi fundamental di tubuh organisasi, dan keberlanjutan kecondongan anti Israel di UNESCO," tulis Kementerian Luar Negeri AS, dikutip dari pernyataan pers di situs resminya.

Tak hanya UNESCO yang diharapkan menjalankan perubahan strategis, namun juga Indonesia secara internal agar dapat mengoptimalisasi peran dan kontribusi di organisasi yang bermarkas besar di Paris, Prancis, itu.

"Kita harus melihat kembali bagaimana caranya mempertajam kepentingan dan strategi di UNESCO. Jika dilihat dari perspektif Paris, kita sudah bekerja cukup keras tetapi belum memiliki komitmen yang sama dalam konteks menjaga pelestarian," ujar Arrmanatha.

Baca juga: UNESCO rehab sekolah yang terkena imbas ledakan Beirut
Baca juga: Festival CGM dan Tatung Singkawang ditetapkan sebagai WBTB oleh UNESCO