Yogyakarta (ANTARA News) - Pemberlakukan ASEAN China Free Trade Area (ACFTA) diharapkan dapat membangkitkan semangat nasionalisme rakyat Indonesia dengan menggunakan produk dalam negeri.

"Penggunaan produk dalam negeri merupakan salah satu cara untuk menghadapi ACFTA. Rakyat Indonesia dapat menunjukkan nasionalismenya dengan menggunakan produk dalam negeri," kata pengamat hukum ekonomi dari Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY), Mukti Fajar, di Yogyakarta, Kamis.

Menurut dia, Indonesia sebaiknya mencontoh nasionalisme rakyat China yang menggunakan produk dalam negeri. Rakyat China selalu menggunakan sepeda motor buatan dalam negeri, meskipun mungkin penampilannya tidak sebagus buatan Jepang.

Selain itu, pemerintah Indonesia juga dapat menerapkan beberapa strategi untuk menghadapi tantangan perdagangan bebas itu. Strategi itu di antaranya pemerintah membuat sebuah regulasi yang mewajibkan para pengusaha asing khususnya China yang akan menanamkan modal di Indonesia melakukan kerja sama dengan pengusaha lokal.

"Kerja sama itu dimaksudkan untuk melakukan proteksi terhadap para pengusaha lokal khususnya industri besar," katanya.

Ia mengatakan, pemerintah sebaiknya juga mewajibkan barang China yang masuk Indonesia mengandung bahan dasar atau beberapa bagian dari barang merupakan buatan Indonesia.

"Hal itu juga dilakukan China dalam menghadapi serbuan produk telepon seluler dari barat. Semua telepon seluler yang masuk China, apa pun mereknya pasti baterainya buatan China," katanya.

Menurut dia, pemerintah juga dapat memberikan subsidi terhadap barang Indonesia yang kalah bersaing dengan barang China, karena barang dari negeri tirai bambu itu lebih murah dibandingkan barang dalam negeri.

"Pemberian subsidi itu merupakan salah satu tindakan pengamanan yang diperbolehkan dalam perjanjian ACFTA," katanya.

Ia mengatakan, ACFTA yang secara resmi berlaku sejak 1 Januari 2010 merupakan hal yang tidak terelakkan. ACFTA yang telah dipersiapkan sejak 2003 itu memang sudah seharusnya dihadapi, meskipun menimbulkan pro dan kontra.

"Bahkan, ada yang mendesak agar ACFTA direnegosiasikan. Jika direnegosiasikan memerlukan waktu yang lama, sedangkan barang China mulai dari peniti dan tusuk gigi hingga telepon seluler dan sepeda motor sudah telanjur membanjiri pasar Indonesia," katanya.
(U.B015/H008/P003)