Medan (ANTARA News) - Sudah hampir dua minggu sejak memangsa M. Zakaria (13), murid SMP PGRI Deli Serdang, ular piton raksasa itu belum juga ditemukan. Selama itu pula, piton yang menurut warga pinggir Sungai Tembung ukurannya segede tiang listrik itu, hilang entah ke mana, kendati belasan pawang dikerahkan untuk memburunya.

Diperlukan kerja keras, keuletan dan kesabaran, untuk memburu binatang melata ganas yang sekarang begitu diperhatikan warga Deli Serdang itu. Warga daerah ini bersumpah, ular itu harus ditemukan.

Ular besar yang mendadak raib begitu gagal memangsa Zakaria itu tidak hanya membuat warga sekitar Daerah Aliran Sungai (DAS) Tembung cemas dan takut, tetapi juga menyedot perhatian warga Sumatera Utara, bahkan Indonesia.

Pawang-pawang ular dari berbagai daerah di tanah air pun didatangkan untuk memburu dan melacak sang ular maut.

Warga daerah situ belum merasa aman hidupnya sepanjang ular besar yang raib bersembunyi itu tidak diketahui keberadaannya. Sebelum belasan pawang ular itu menemukan sang ular, ratusan jiwa orang warga pinggir Sungai Tembung tak akan pernah merasa hidup tenteram.

"Saya heran sampai saat ini, ular ganas itu belum juga didapat, tidak tahu apa alasannya. Saya takut akan jatuh lagi korban lainnya," kata Zulkifli (52), paman korban Zakaria di Tembung, Selasa.

Zulkifli menyatakan, tidak ada alasan untuk tidak menemukan piton sepanjang tujuh meter itu, karena kalau tidak, ratusan warga bisa mengalami nasib serupa dengan Zakaria, atau lebih buruk lagi, ditelan hidup-hidup si ular bengis itu.

Zulkifli sampai meminta Pemerintah Kabupaten Deli Serdang, Camat Percut Sei Tuan dan Kapolsekta Percut Sei Tuan turun menangani urusan ini.

"Pemerintah di daerah setempat jangan sampai membiarkan masyarakat yang tinggal di pinggiran DAS Tembung terus trauma dan takut keluar rumah," kata Zulkifli.

Jumat dua pekan lalu (19/3), sehari setelah Zakaria tewas diremukkan ular segede tiang listrik itu, pawang berhasil menangkap seekor ular di Sungai Tembung. Tetapi, ular ini ternyata bukan pemangsa Zakaria, melainkan ular lain yang biasa berkeliaraan di Sungai Tembung.

"Ciri-ciri ular pemangsa Zakaria itu berkulit agak hitam dan berukuran besar serta sebagian tubuhnya ada bekas luka tombak," terang Zulkifli.

Ular yang kena jerat itu memang lain dari si pemangsa Zakaria karena tubuhnya lebih mulus, warna kulit lebih putih dan tidak terlalu besar.

Sebelumnya, Kamis petang (18/3), warga sekitar Sungai Tembung digegerkan oleh seekor piton raksasa, telah memangsa pelajar SMP yang sedang mandi di sungai itu bersama tiga temannya, sepulang dari sekolah.

Piton yang diduga sedang sangat lapar itu dengan ganasnya melilit Zakaria yang sekuat tenaga pula berenang menjauhi dan keluar dari sungai. Piton itu membanting-bantingkan Zakaria di dalam sungai, hingga akhirnya pelajar SMP itu mati lemas.

Tiga kawan korban berhasil keluar dari sungai dan bergegas meminta bantuan warga yang tinggal tidak jauh dari lokasi pemangsaan. Lalu, menggunakan bambu runcing, warga menombak kepala dan badan ular sampai lilitannya ke tubuh Zakaria melonggar.

Usaha warga tidak sia-sia. Si piton segera melepaskan korban yang sudah remuk dan tidak bernyawa lagi itu. Mulut piton ini sebenarnya sudah hendak menelan Zakaria.

Ular itu menyelam untuk kemudian menghilang menuju terowongan persembunyiannya dan sampai saat ini tidak pernah keluar, demikian Zulkifli.

Trauma

Teman korban yang juga saksi pembunuhan brutal manusia oleh hewan itu, Khairil Asri (10), mengaku masih trauma. Dia masih lekat mengingat bagaimana temannya dipatok, dibelit dan nyaris ditelan piton besar itu.

"Sampai saat ini saya masih terus terbayang dengan peristiwa ular besar yang memangsa Zakaria. Pengalaman menyedihkan itu sulit dilupakan," ujar pelajar SD kelas IV yang juga warga Desa Tembung itu.

Khairil mengaku, dia tidak bisa tidur, bahkan tidak berani keluar rumah dan pergi bersekolah, kalau mengingat peristiwa itu.

"Pikiran saya juga tidak bisa tenang ketika membayangkan Zakaria yang nyaris ditelan ular besar itu," Khairil.

Dia mengaku menyaksikan langsung Zakaria dipatuk dan dililit ular raksasa tersebut. "Saya benar-benar ngeri dan sangat takut melihat ular besar yang melilit Zakaria itu," katanya.

Dia juga menyaksikan Zakaria dibanting-bantingkan oleh sang ular ke Sungai Tembung dan dililit empat kali, sampai lemas dan meninggal dunia seketika di sungai itu.

"Saat Zakaria masih digulung ular ganas tersebut. Zakaria masih sempat merintih meminta tolong. Tapi apa daya saya, saya masih kecil dan juga takut melihat ular yang menampakkan taringnya yang besar dan tajam itu," tutur Khairil.

Khairil hanya bisa menolong kawannya itu dengan cara memberitahu paman korban, Juhri Sihombing, bahwa keponakannya sedang di ujung maut.

Seterusnya, dibantu beberapa warga setempat, Juhri berusaha menyelamatkan Zakaria yang dililit erat si ular. Mereka berhasil melukai ular itu, dengan tombak dari bambu runcing. Lilitannya mengendur, dan Zakaria pun dilepaskannya.

Pawang

Seorang warga Tembung, Mualim M. Nur Alamsyah Nasution (45) meminta pawang ular yang saat ini berlomba memburu piton besar itu menangkap binatang ganas itu secepatnya.

"Bila perlu petugas Polsekta Percut Sei Tuan, staf Camat Percut Sei Tuan, staf Desa Sunggal dikerahkan mencari ular besar pemangsa itu," kata Alamsyah.

Menurutnya, piton sepanjang tujuh meter itu diduga bersembunyi di terowongan pembuangan limbah milik PT Panca Pinang yang hanya 50 meter dari Sungai Tembung.

Ular raksasa itu tidak hanya meresahkan warga di pinggiran DAS Sungai Tembung, tetapi juga membebani pikiran banyak orang.

"Bisa saja ular yang belum tertangkap itu akan semakin ganas memangsa warga yang sedang mandi atau mencuci di Sungai Tembung," kata Alamysah.

Ia mengharapkan Camat Percut Sei Tuan mendatangkan lebih banyak pawang yang lihai dari Pulau Jawa atau mencari pawang ular terkenal di Sumatera Utara.

"Jangan biarkan terlalu lama bersembunyi di dalam Sungai Tembung. Kalau boleh ular tersebut ditangkap hidup-hidup," ujarnya.

Alamsyah mengakui bahwa ular besar itu sudah lama menghuni dan berkeliaran di Sungai Tembung. Pada 1973, sewaktu duduk di bangku SD, untuk pertamakalinya Alamsyah menyaksikan ular besar itu.

15 tahun kemudian, pada 1988, Alamsyah melihat ular itu untuk kedua kalinya. Tentu saja ular itu belum sebesar seperti sekarang.

"Bisa saja ular yang dilihat saya itu adalah ular piton berukuran besar yang memangsa Zakaria. Kalau memang benar ular itu, maka usianya sudah puluhan tahun," demikian Alamsyah.

Sampai tulisan ini dibuat, ular raksasa nan maut itu belum juga diketahui rimbanya, meski pawang-pawang ramai mencarinya. (*)

M034/AR09