Syarief Hasan : Pesantren tempat belajar calon pemimpin bangsa
23 Oktober 2020 19:08 WIB
Ilustrasi - Santri mengaji kitab kuning Safiinatun Najaah yang berisi dasar-dasar ilmu fiqih mengisi liburan jelang Ramadhan di Pondok Pesantren Attahdzib, Rejoagung, Ngoro, Jombang, Jawa Timur, beberapa waktu lalu. (ANTARA FOTO/Syaiful Arif)
Jakarta (ANTARA) - Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) RI Syarief Hasan mengungkapkan bahwa pondok pesantren merupakan tempat menimba ilmu para calon pemimpin bangsa di masa depan.
"Pondok merupakan tempat belajar bagi cikal bakal pejuang serta pembela NKRI. Pondok juga menjadi tempat menimba ilmu bagi para calon pemimpin bangsa di masa depan," katanya, dalam pernyataannya, di Jakarta, Jumat.
Baca juga: Syarief Hasan: Pesantren adalah potret kebhinnekaan Indonesia
Ungkapan itu disampaikan pemilik nama lengkap Syarifuddin Hasan saat menjadi pembicara tunggal pada acara Temu Tokoh Kebangsaan yang berlangsung di Pondok Pesantren An Nidzom Kota Sukabumi, Jawa Barat, Kamis (22/10).
Hadir pada acara tersebut, anggota Fraksi Partai Demokrat MPR RI M. Muraz, Wakil Wali kota Sukabumi Andri Setiawan Hamami, dan Pengasuh Ponpes An-Nidzom Kota Sukabumi KH. Abdullah Mukhtar.
"Sudah banyak contohnya, dulu sebagian pejuang adalah ulama dan santri yang belajar di pesantren. Sekarang banyak alumni pondok yang menjadi pemimpin bangsa ini," kata Syarief.
Politikus Partai Demokrat itu menyayangkan anggapan segelintir orang yang masih suka mendiskreditkan peran pondok pesantren, salah satunya seperti yang menyatakan bahwa pondok menjadi tempat pendidikan bagi calon teroris atau pondok merupakan tempat buangan anak-anak yang tidak berprestasi.
Anggapan tersebut, menurut Syarief, adalah pemikiran yang keliru dan menyesatkan, apalagi jika menengok sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Seperti yang ditulis dalam sejarah, ia mengingatkan peran pesantren terhadap upaya-upaya kemerdekaan sangat besar, terutama menyangkut peran santri dan ulama yang ikut melawan penjajah.
Baca juga: MPR ajak masyarakat peringati Hari Santri dalam semangat bela negara
Pesantren, kata dia, memiliki materi pelajaran yang lengkap, selain pelajaran umum dan agama, para santri juga mendapat pelajaran keterampilan serta akhlak mulia.
Bahkan, pesantren juga mengajarkan sistem tatanegara.
"Terbukti banyak juga santri yang mengetahui sistem ketatanegaraan kita, termasuk mengerti tentang tugas dan fungsi MPR. Jika pengetahuan ini terus dipoles akan menjadi bekal yang bagus bagi para santri di masa yang akan datang. Karena itu, bagi para orangtua, kalau anaknya mau maju, jangan segan-segan, sekolahkan mereka di pesantren," pungkas Syarief.
Sementara itu, pengasuh dan pendiri Pondok Pesantren An Nidzom Kota Sukabumi KH. Abdullah Mukhtar menyatakan terima kasih atas kunjungan Wakil Ketua MPR.
Kunjungan itu sangat membahagiakan, baik bagi diri maupun para santri karena mereka bisa memetik pelajaran, sekaligus mengenal wakilnya di DPR RI dan pimpinan MPR.
"Semoga silaturahim ini terus berlanjut, untuk saling meningkatkan persaudaraan dan merekatkan hubungan pemimpin dengan rakyatnya," kata Abuya KH. Abdullah Mukhtar.
Baca juga: Gus Jazil: Hari Santri semangat agama bertemu nasionalisme
"Pondok merupakan tempat belajar bagi cikal bakal pejuang serta pembela NKRI. Pondok juga menjadi tempat menimba ilmu bagi para calon pemimpin bangsa di masa depan," katanya, dalam pernyataannya, di Jakarta, Jumat.
Baca juga: Syarief Hasan: Pesantren adalah potret kebhinnekaan Indonesia
Ungkapan itu disampaikan pemilik nama lengkap Syarifuddin Hasan saat menjadi pembicara tunggal pada acara Temu Tokoh Kebangsaan yang berlangsung di Pondok Pesantren An Nidzom Kota Sukabumi, Jawa Barat, Kamis (22/10).
Hadir pada acara tersebut, anggota Fraksi Partai Demokrat MPR RI M. Muraz, Wakil Wali kota Sukabumi Andri Setiawan Hamami, dan Pengasuh Ponpes An-Nidzom Kota Sukabumi KH. Abdullah Mukhtar.
"Sudah banyak contohnya, dulu sebagian pejuang adalah ulama dan santri yang belajar di pesantren. Sekarang banyak alumni pondok yang menjadi pemimpin bangsa ini," kata Syarief.
Politikus Partai Demokrat itu menyayangkan anggapan segelintir orang yang masih suka mendiskreditkan peran pondok pesantren, salah satunya seperti yang menyatakan bahwa pondok menjadi tempat pendidikan bagi calon teroris atau pondok merupakan tempat buangan anak-anak yang tidak berprestasi.
Anggapan tersebut, menurut Syarief, adalah pemikiran yang keliru dan menyesatkan, apalagi jika menengok sejarah perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Seperti yang ditulis dalam sejarah, ia mengingatkan peran pesantren terhadap upaya-upaya kemerdekaan sangat besar, terutama menyangkut peran santri dan ulama yang ikut melawan penjajah.
Baca juga: MPR ajak masyarakat peringati Hari Santri dalam semangat bela negara
Pesantren, kata dia, memiliki materi pelajaran yang lengkap, selain pelajaran umum dan agama, para santri juga mendapat pelajaran keterampilan serta akhlak mulia.
Bahkan, pesantren juga mengajarkan sistem tatanegara.
"Terbukti banyak juga santri yang mengetahui sistem ketatanegaraan kita, termasuk mengerti tentang tugas dan fungsi MPR. Jika pengetahuan ini terus dipoles akan menjadi bekal yang bagus bagi para santri di masa yang akan datang. Karena itu, bagi para orangtua, kalau anaknya mau maju, jangan segan-segan, sekolahkan mereka di pesantren," pungkas Syarief.
Sementara itu, pengasuh dan pendiri Pondok Pesantren An Nidzom Kota Sukabumi KH. Abdullah Mukhtar menyatakan terima kasih atas kunjungan Wakil Ketua MPR.
Kunjungan itu sangat membahagiakan, baik bagi diri maupun para santri karena mereka bisa memetik pelajaran, sekaligus mengenal wakilnya di DPR RI dan pimpinan MPR.
"Semoga silaturahim ini terus berlanjut, untuk saling meningkatkan persaudaraan dan merekatkan hubungan pemimpin dengan rakyatnya," kata Abuya KH. Abdullah Mukhtar.
Baca juga: Gus Jazil: Hari Santri semangat agama bertemu nasionalisme
Pewarta: Zuhdiar Laeis
Editor: Nurul Hayat
Copyright © ANTARA 2020
Tags: