Banda Aceh (ANTARA News) - Gubernur Provinsi Aceh, Irwandi Yusuf, menilai larangan kunjungan (travel warning) yang dikeluarkan pemerintah Australia dan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tidak laku lantaran minat masyarakat internasional untuk datang ke wilayahnya tetap tinggi.

"Ternyata, travel warning yang dikeluarkan Australia dan PBB itu tidak laku di Aceh. Bahkan, laporan yang saya peroleh justru terjadi peningkatan orang asing datang ke Aceh dalam beberapa pekan terakhir," katanya di Banda Aceh, Senin.

Ia mengemukakan hal itu seusai peresmian Gedung Training Manajemen Konservasi yang turut dihadiri Duta Besar Jepang untuk Indonesia, Kojiro Shiojiri.

"Meski travel warning itu dikeluarkan oleh PBB dan Pemerintah Australia terhadap Aceh, ternyata dalam beberapa pekan terakhir kedatangan warga negara asing (WNA) ke Aceh mengalami peningkatan dibanding sebelumnya," ujarnya.

Kondisi keamanan di Aceh saat ini tidak ada masalah, bahkan wilayahnya paling aman untuk dikunjungi.

"Saat ini, dalam segala hal merupakan masa paling aman di Aceh. Teroris sedang kucar kacir di Aceh. Mereka yang masih tersisa itu sedang berupaya bagaimana bisa keluar dari Aceh dengan selamat secepat-cepatnya," kata dia.

Kemudian, Irwandi yang juga dikenal sebagai sosok ahli propaganda pihak Gerakan Aceh Merdeka (GAM) sebelum perdamaian, menjelaskan kriminal saat ini terpaksa menghentikan aksinya karena takut disebut teroris.

"Itulah saya bilang bahwa kondisi Aceh hari ini cukup aman. Kenapa kriminal juga menghentikan aktivitasnya, karena mereka takut jika tertangkap bisa dituduh teroris. Makanya saat ini masa yang cukup aman untuk Aceh," katanya menjelaskan.

Ia juga menilai PBB dan Pemerintah Australia salah alamat dalam mengeluarkan travel warning agar warganya tidak datang ke provinsi ujung paling barat Indonesia itu.

Di pihak lain, gubernur menyatakan pihaknya telah melakukan langkah-langkah meyakinkan dunia internasional terkait situasi keamanan di Aceh.

"Saya sudah berkali-kali meyakinkan asing tentang situasi di Aceh, termasuk masalah teroris, bahkan tersangkanya yang sebagian besar bukan dari Aceh," kata dia menjelaskan.
(T.A042/A041/P003)