Jambi (ANTARA News) - Perth Zoo, sebuah LSM lingkungan, meraih penghargaan nasional Konservasi In-Situ 2010 untuk upaya perlindungan sejumlah satwa yang sangat terancam punah di dunia, khususnya orangutan Sumatra, dan habitatnya di ekosistem Bukit Tigapuluh (TNBT), Jambi.
Chief Executive Perth Zoo Susan Hunt dalam siaran persnya, Minggu, menyebutkan, pihaknya menerima penghargaan untuk program Perlindungan Satwa Liar dan Ekosistem Bukit Tigapuluh.
Program tersebut dilaksanakan oleh Frankfurt Zoological Society (FZS), sebuah LSM yang bergerak di bidang konservasi satwa liar.
Program ini sedang berlangsung, dan bertujuan melindungi salah satu blok hutan hujan dataran rendah di Sumatra yang memiliki representasi lengkap fauna Sumatra, seperti orangutan Sumatra yang masuk dalam kelompok kera besar yang terancam punah di tingkat dunia dan juga Harimau Sumatra yang sangat terancam punah serta habitat Gajah Sumatra yang semakin menyempit.
Susan menyatakan, ekosistem Bukit Tigapuluh adalah daerah terakhir yang tersisa yang bersebelahan dengan dataran rendah kering di Sumatra, sehingga sangat sangat penting untuk melakukan segala upaya guna memastikan perlindungan terhadap kawasan ini.
"Kami bekerja sama dengan Pemerintah Indonesia dan lembaga non-pemerintah termasuk FZS, dan Australian Orangutan Project," katanya.
Sayangnya ada banyak ancaman terhadap habitat yang unik ini seperti penebangan liar, kebakaran hutan, dan pembukaan lahan untuk perkebunan kelapa sawit," ujar Susan.
Sementara, Counterpart Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jambi pada FZS Krismanko Padang menyatakan sangat bangga atas apresiasi yang diberikan Pemerintah Australia terhadap Perth Zoo yang merupakan salah satu pihak sponsor yang peduli terhadap pelestarian satwa kunci Sumatra di ekosistem Bukit Tigapuluh.
Hal ini menunjukkan bahwa bangsa luar juga peduli pentingnya upaya menjaga kelestarian alam di Bukit Tigapuluh. Mereka memiliki kesadaran yang tinggi akan arti penting keanekaragaman hayati sebuah ekosistem.
Apresiasi ini menjadi sebuah ironi karena perhatian bangsa luar justru lebih baik dibandingkan Pemerintah Indonesia sendiri. Ini terlihat dari masih adanya upaya pemerintah untuk mengubah kawasan penyangga yang masuk dalam ekosistem menjadi kawasan hutan tanaman industri (HTI).
Seperti diketahui, pemerintah melalui Kementrian Kehutanan telah mengeluarkan surat izin prinsip untuk atas hutan seluas 61.496 hektare kepada PT Lestari Asri Jaya di hutan produksi eks HPH PT IFA dan 52.000 hektare kepada PT Rimbani Hutani Mas (RHM) di hutan produksi eks HPH PT Dalek Hutani Esa.
Padahal di kawasan merupakan habitat satwa kunci Sumatera seperti orangutan, harimau, gajah, dan tapir. Sementara suku terasing Talang Mamak, Suku Anak Dalam, dan Melayu Tua juga tinggal di wilayah ini.
Luas ekosistem Bukit Tigapuluh mencapai 400.000 hektare dan di dalamnya terdapat Taman Nasional Bukit Tigapuluh seluas 144.223 hektare.
Ekosistem ini berada di dua provinsi, yakni Provinsi Jambi di Kabupaten Tebo dan Kabupaten Tanjung Jabung Barat, serta Riau di Kabupaten Indragiri Hilir. (YJ/K004)
Program Konservasi Bukit Tigapuluh Raih Penghargaan
29 Maret 2010 01:00 WIB
Ilustrasi Konservasi Orang Utan (ANTARA/Nyoman Budhiana).
Pewarta:
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2010
Tags: