Pakar IPB University: Tanaman C4 berpeluang sukses ketahanan pangan
22 Oktober 2020 18:12 WIB
Dokumentasi - Petani memanen sorgum di lahan pertanian Pekalongan, Jawa Tengah, Sabtu (26/8/2017). ANTARA FOTO/Harviyan Perdana Putra/pd/aa.
Jakarta (ANTARA) - Pakar IPB University bidang Biologi Tumbuhan Dr Hamim mengatakan pengembangan tanaman C4, seperti jagung, tebu, sorgum, dan lainnya bisa menjadi peluang sukses dalam membuat ketahanan pangan di Indonesia.
“Jika pemerintah dapat memberikan dukungan kebijakan dalam pengembangan kelompok tanaman C4, seperti jagung, tebu, sorgum, hotong, dan tanaman pakan ternak, seperti rumput gajah dan rumput raja, kontribusinya akan sangat besar bagi ketahanan pangan nasional,” kata Hamim dalam keterangan pers yang diterima di Jakarta, Kamis.
Baca juga: Para pakar berkomitmen jadikan Bogor Kota Ilmu rujukan dunia
Baca juga: Suritech temuan IPB University tingkatkan kapasitas hingga 10 kali
Dia berharap pemerintah punya perhatian lebih terhadap jenis-jenis tanaman pangan yang dapat dikembangkan secara nasional.
Menurutnya, Brazil memilih tanaman tebu untuk dikembangkan secara nasional dan terstruktur untuk mendukung industri bioetanol dan menjadikan Negeri Samba sebagai negara pengekspor utama bioetanol di dunia.
Saat ini, kebijakan pemerintah terkait dengan pangan masih didasarkan pada pengembangan komoditas beras (padi) walaupun saat ini jagung dan kedelai sudah mulai mendapat perhatian.
Sementara untuk produk pangan lainnya, belum mendapat dukungan kebijakan yang memadai. Di sisi lain, kebutuhan ekspor produk seperti jagung dan gula terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
Padahal, menurut Hamim, seharusnya secara iklim dan kondisi lingkungan Indonesia adalah surga bagi tanaman jagung dan tebu serta tanaman sejenisnya yang masuk dalam kelompok tanaman C4.
Menurut Dr Hamim, kelompok tanaman C4 memiliki laju fotosintesis yang tinggi dan kemampuan produksinya juga tinggi. Kelompok tanaman ini secara iklim dan kondisi lingkungan sangat cocok dengan iklim dan lingkungan di Indonesia.
Jenis tanaman ini sangat cocok hidup di lingkungan dengan penyinaran matahari yang banyak sepanjang tahun dan suhu yang tinggi serta relatif tahan terhadap kekeringan. Kelompok tanaman ini juga lebih efisien dalam menggunakan pupuk nitrogen, artinya jenis-jenis tanaman ini biaya operasionalnya lebih murah.
Baca juga: IPB University gandeng universitas Ukraina bermitra pertukaran civitas
Baca juga: Dosen IPB: UU Ciptaker potensi bantu ketahanan pangan masyarakat adat
Sehingga, komoditas ini sangat potensial dan dapat menopang ketahanan pangan bagi masyarakat Indonesia asalkan dikembangkan secara terstruktur dan terprogram dengan penanganan dari "on farm" hingga "off farm" secara terpadu.
Selain untuk memenuhi keperluan pangan dan pakan, produk tanaman ini juga sangat dibutuhkan untuk industri pangan atau pakan dan bahan ekspor.
“Memang, untuk mendukung kebijakan pengembangan tanaman C4 ini, perlu didukung riset yang kuat dan pengadaan bibit unggul serta penataan rantai tata niaga yang baik dan terstruktur," katanya.
“Jika pemerintah dapat memberikan dukungan kebijakan dalam pengembangan kelompok tanaman C4, seperti jagung, tebu, sorgum, hotong, dan tanaman pakan ternak, seperti rumput gajah dan rumput raja, kontribusinya akan sangat besar bagi ketahanan pangan nasional,” kata Hamim dalam keterangan pers yang diterima di Jakarta, Kamis.
Baca juga: Para pakar berkomitmen jadikan Bogor Kota Ilmu rujukan dunia
Baca juga: Suritech temuan IPB University tingkatkan kapasitas hingga 10 kali
Dia berharap pemerintah punya perhatian lebih terhadap jenis-jenis tanaman pangan yang dapat dikembangkan secara nasional.
Menurutnya, Brazil memilih tanaman tebu untuk dikembangkan secara nasional dan terstruktur untuk mendukung industri bioetanol dan menjadikan Negeri Samba sebagai negara pengekspor utama bioetanol di dunia.
Saat ini, kebijakan pemerintah terkait dengan pangan masih didasarkan pada pengembangan komoditas beras (padi) walaupun saat ini jagung dan kedelai sudah mulai mendapat perhatian.
Sementara untuk produk pangan lainnya, belum mendapat dukungan kebijakan yang memadai. Di sisi lain, kebutuhan ekspor produk seperti jagung dan gula terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun.
Padahal, menurut Hamim, seharusnya secara iklim dan kondisi lingkungan Indonesia adalah surga bagi tanaman jagung dan tebu serta tanaman sejenisnya yang masuk dalam kelompok tanaman C4.
Menurut Dr Hamim, kelompok tanaman C4 memiliki laju fotosintesis yang tinggi dan kemampuan produksinya juga tinggi. Kelompok tanaman ini secara iklim dan kondisi lingkungan sangat cocok dengan iklim dan lingkungan di Indonesia.
Jenis tanaman ini sangat cocok hidup di lingkungan dengan penyinaran matahari yang banyak sepanjang tahun dan suhu yang tinggi serta relatif tahan terhadap kekeringan. Kelompok tanaman ini juga lebih efisien dalam menggunakan pupuk nitrogen, artinya jenis-jenis tanaman ini biaya operasionalnya lebih murah.
Baca juga: IPB University gandeng universitas Ukraina bermitra pertukaran civitas
Baca juga: Dosen IPB: UU Ciptaker potensi bantu ketahanan pangan masyarakat adat
Sehingga, komoditas ini sangat potensial dan dapat menopang ketahanan pangan bagi masyarakat Indonesia asalkan dikembangkan secara terstruktur dan terprogram dengan penanganan dari "on farm" hingga "off farm" secara terpadu.
Selain untuk memenuhi keperluan pangan dan pakan, produk tanaman ini juga sangat dibutuhkan untuk industri pangan atau pakan dan bahan ekspor.
“Memang, untuk mendukung kebijakan pengembangan tanaman C4 ini, perlu didukung riset yang kuat dan pengadaan bibit unggul serta penataan rantai tata niaga yang baik dan terstruktur," katanya.
Pewarta: Aditya Ramadhan
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2020
Tags: