Doni: Kemampuan pemeriksaan COVID-19 Indonesia meningkat luar biasa
22 Oktober 2020 15:18 WIB
Warga menjalani "swab test" di GSI Lab (Genomik Solidaritas Indonesia Laboratorium), Cilandak, Jakarta, Sabtu (3/10/2020). Pemerintah melalui Kementerian Kesehatan menetapkan batas harga tertinggi "swab test" mandiri dengan metode real-time polymerase chain reaction (RT PCR) yaitu sebesar Rp.900.000. ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga/hp.
Jakarta (ANTARA) - Ketua Satuan Tugas Penganan COVID-19 Doni Monardo mengatakan kemampuan Indonesia untuk melakukan pemeriksaan menguji spesimen COVID-19 telah meningkat jauh dibandingkan masa awal pandemi.
Menurut Doni, standar Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) untuk pemeriksaan dengan negara berpenduduk 267 juga orang seperti Indonesia adalah 267.000 orang per pekan. Sementara itu saat ini rata-rata Indonesia mampu memeriksa sampel sekitar 33.000 orang, atau 231.000 orang per pekan.
"Ini peningkatan yang luar biasa pada awal kita melakukan pemeriksaan laboratorium itu, kemampuan kita mungkin hanya belasan persen saja dari standar yang ditetapkan WHO dan sekarang sudah berada pada posisi 82,51 persen. Sebuah angka yang harus kita akui cukup membanggakan," kata Doni dalam diskusi Satgas Penanganan COVID-19 di Graha BNPB, Jakarta pada Kamis.
Baca juga: Kepala BNPB: Manfaatkan libur panjang untuk menjaga lingkungan
Menurut Doni, awalnya banyak pihak yang pesimits Indonesia tidak mampu atau kurang serius melakukan pemeriksaan COVID-19. "Tapi ternyata sekarang sudah sangat bagus sekali," tegasnya.
Awalnya Presiden Joko Widodo menargetkan 10.000 spesimen per hari pada periode April-Mei 2020 tapi kemudian targetnya meningkat menjadi 30.000 spesimen. Saat ini, Indonesia telah bisa melakukan pengujian lebih dari 40.000 spesimen per hari.
Doni mengakui bahwa pada awal pandemi, kemampuan Indonesia untuk melakukan pengujian spesimen memang rendah karena keterbatasan laboratorium dan ketiadaan teknologi untuk mengujinya.
Namun, berkat kerja keras semua komponen dan atas saran dari Presiden Joko Widodo maka tim Kementerian Kesehatan dan Satgas COVID-19, yang dulu bernama Gugus Tugas, mengadakan pengadaan reagen dan mesin PCR.
Pengadaan itu didistribusikan ke semua daerah dan secara bertahap dari puluhan kini menjadi 376 laboratorium yang bisa melakukan pemeriksaan spesimen COVID-19.
Meski jumlah laboratorium sudah cukup memadai tapi masih terdapat keterbatasan dalam jumlah petugas laboratorium.
"Kita juga melihat betapa sulitnya, tidak mudahnya, petugas lab yang harus setiap saat melayani pemeriksaan spesimen dan mereka ini adalah salah satu di antara garda terdepan yang berjuang melakukan pemeriksaan spesimen secepat mungkin," kata pria yang juga menjabat sebagai Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) itu.
#satgascovid19 #cucitangan #jagajarak #pakaimasker
Baca juga: BNPB: 11 orang meninggal akibat longsor di Muara Enim
Baca juga: Teruskan pesan Presiden, BNPB: Patuhi prokes selama libur panjang
Menurut Doni, standar Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) untuk pemeriksaan dengan negara berpenduduk 267 juga orang seperti Indonesia adalah 267.000 orang per pekan. Sementara itu saat ini rata-rata Indonesia mampu memeriksa sampel sekitar 33.000 orang, atau 231.000 orang per pekan.
"Ini peningkatan yang luar biasa pada awal kita melakukan pemeriksaan laboratorium itu, kemampuan kita mungkin hanya belasan persen saja dari standar yang ditetapkan WHO dan sekarang sudah berada pada posisi 82,51 persen. Sebuah angka yang harus kita akui cukup membanggakan," kata Doni dalam diskusi Satgas Penanganan COVID-19 di Graha BNPB, Jakarta pada Kamis.
Baca juga: Kepala BNPB: Manfaatkan libur panjang untuk menjaga lingkungan
Menurut Doni, awalnya banyak pihak yang pesimits Indonesia tidak mampu atau kurang serius melakukan pemeriksaan COVID-19. "Tapi ternyata sekarang sudah sangat bagus sekali," tegasnya.
Awalnya Presiden Joko Widodo menargetkan 10.000 spesimen per hari pada periode April-Mei 2020 tapi kemudian targetnya meningkat menjadi 30.000 spesimen. Saat ini, Indonesia telah bisa melakukan pengujian lebih dari 40.000 spesimen per hari.
Doni mengakui bahwa pada awal pandemi, kemampuan Indonesia untuk melakukan pengujian spesimen memang rendah karena keterbatasan laboratorium dan ketiadaan teknologi untuk mengujinya.
Namun, berkat kerja keras semua komponen dan atas saran dari Presiden Joko Widodo maka tim Kementerian Kesehatan dan Satgas COVID-19, yang dulu bernama Gugus Tugas, mengadakan pengadaan reagen dan mesin PCR.
Pengadaan itu didistribusikan ke semua daerah dan secara bertahap dari puluhan kini menjadi 376 laboratorium yang bisa melakukan pemeriksaan spesimen COVID-19.
Meski jumlah laboratorium sudah cukup memadai tapi masih terdapat keterbatasan dalam jumlah petugas laboratorium.
"Kita juga melihat betapa sulitnya, tidak mudahnya, petugas lab yang harus setiap saat melayani pemeriksaan spesimen dan mereka ini adalah salah satu di antara garda terdepan yang berjuang melakukan pemeriksaan spesimen secepat mungkin," kata pria yang juga menjabat sebagai Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) itu.
#satgascovid19 #cucitangan #jagajarak #pakaimasker
Baca juga: BNPB: 11 orang meninggal akibat longsor di Muara Enim
Baca juga: Teruskan pesan Presiden, BNPB: Patuhi prokes selama libur panjang
Pewarta: Prisca Triferna Violleta
Editor: Triono Subagyo
Copyright © ANTARA 2020
Tags: