Denpasar (ANTARA) - Gubernur Bali Wayan Koster optimistis arak Bali bisa berkembang menjadi suatu industri yang mampu bersaing dengan minuman khas tradisional dari negara lain seperti sake dan soju.

"Saya terus promosikan, sampai di Jakarta. Di kalangan wisatawan banyak yang memuji kualitas arak Bali. Karena itu, saya yakin nantinya akan semakin berkembang menjadi sebuah industri, bersaing dengan sake, soju atau vodka," kata Koster saat menerima audiensi jajaran Politeknik Negeri Bali, di Rumah Jabatan Jaya Sabha, Denpasar, Rabu.

Menurut dia, kemajuan perkembangan arak Bali menuju pada arah industri didorong oleh terbitnya Pergub Bali Nomor 1 Tahun 2020 tentang Tata Kelola Minuman Fermentasi dan/atau Destilasi Khas Bali.

Baca juga: Pemprov Bali gunakan terapi arak tangani pasien COVID-19 tanpa gejala

"Sejak dikeluarkannya Pergub Nomor 1 Tahun 2020, kebijakan ini membawa berkah bagi petani dan pembuat arak tradisional. Arak Bali sudah sangat terangkat dan makin diminati banyak orang," ucapnya.

Kebijakan Pergub tersebut, lanjut dia, ternyata pula berdampak pada peningkatan kesejahteraan masyarakat terutama terhadap upaya mengangkat produk-produk lokal Bali.

"Baru pertama kali saya kira ada produk lokal yang berkembang lewat kebijakan gubernur (Pergub-red). Bahkan belum satu tahun (diterbitkan) sudah ada bukti riil di lapangan," ujar mantan anggota DPR tiga periode itu.

Belum lagi, arak Bali pada masa pandemi ini ternyata juga punya khasiat "usadha" yang terbukti membantu mempercepat penyembuhan pasien COVID-19l

Oleh karena itu, untuk mempercepat arak Bali menuju arah industri, Gubernur Koster mengajak kalangan perguruan tinggi ikut terlibat mengembangkan produk lokal berbasis kerakyatan tersebut.

Baca juga: Gubernur Koster terbitkan pergub soal tata kelola arak Bali

"Makin terangkat namanya tentu akan semakin banyak permintaannya. Sekarang 'kan prosesnya masih tradisional. Jika nanti bisa didukung dengan alat-alat hasil penelitian kalangan universitas tentu harapannya produksinya meningkat, dan waktu produksinya juga bisa lebih singkat. Semuanya saya arahkan untuk menggunakan sumber daya di Bali, hidupkan ekonomi kerakyatan," ujarnya.

Direktur Politeknik Negeri Bali I Nyoman Abdi pun menyambut baik ajakan tersebut. Pihaknya saat ini sedang mempersiapkan alat destilasi dengan teknologi tepat guna yang sangat mudah diterapkan di desa-desa sentra penghasil arak.

"Konsepnya alat berupa alat destilasi tersebut bisa diterapkan di masyarakat desa. Tujuan akhirnya mempersingkat waktu produksi arak, 'low cost dan low energy', sehingga produktivitas meningkat dan meningkatkan pula taraf hidup masyarakat dan petani mendapat nilai ekonomi," kata Abdi.

Baca juga: Cek Fakta: Luhut Panjaitan sebut arak Bali dapat turunkan jumlah penderita COVID-19?
Baca juga: Koster inginkan arak Bali bisa saingi Sake Jepang
Baca juga: Pemprov Bali siapkan jaring pengaman sosial untuk legalisasi arak