Makassar (ANTARA News) - Struktur kepemimpinan Nahdlatul Ulama (NU) masih menghargai senioritas, sehingga Ketua Umum PBNU pada Muktamar ke-32 NU diprediksi terpilih dari tokoh lebih senior dan kharismatik, kata Peninjau asal Universitas Chiba, Jepang Mitsuo Nakamura di Asrama Haji Sudiang, Makassar, Jumat.

"Struktur organisasi yang profesional di lingkup NU itu, sangat menghormati senioritas, menghormati kiai atau ulamanya, sehingga kemungkinan yang akan terpilih masih menggunakan pola itu," sambung Mitsuo.

Menurutnya, meskipun perjalanan Ormas Islam itu sudah mengalami pembaruan, namun struktur kepemimpinannya masih mengedepankan dan menjunjung tinggi senioritas.

Guru besar emeritas ini mengatakan, meskipun prinsip demokrasi di NU berjalan secara institusional, namun memilih pemimpin yang `dituakan` rupanya sudah menjadi konvensi organisasi.

Sementara itu, pada pelaksanaan Muktamar ke-32 NU yang telah berlangsung selama empat hari terakhir, mengemuka enam nama kandidat ketua umum PBNU.

Keenam nama itu adalah Said Aqil Siraj, Ahmad Bagja, Salahuddin Wahid, Masdar Fuad Mas`udi, Slamet Efendy Yusuf dan Ali Maschan Moesa. Bahkan Andi Jamaro sebagai putra daerah Sulsel sempat turut masuk bursa calon ketua umum PBNU.

Konstalasi itu kemudian berubah Jumat ini, dengan mengerucutnya dua nama yang diunggulkan yakni Said Aqil Siraj dan Salahuddin Wahid.

Pemilihan Ketua Umum PBNU dan Rais `Am dijadwalkan berlangsung Jumat malam ini.

Tim sukses kedua nama calon yang menguat pada kegiatan akbar ini, mulai melakukan pendekatan kepada muktamirin, termasuk menggelar jumpa pers dengan wartawan.

Sejumlah nama yang rencananya menggelar jumpa pers Jumat sore nanti adalah KH Musthofa Bisri dan Said Agil Siraj yang merupakan salah satu calon Ketua Umum PBNU periode 2010 - 2015. (*)
S036/E001/AR09