Jakarta (ANTARA) - CEO Mandiri Capital Indonesia Eddi Danusaputro memberikan tips bagaimana mendirikan perusahaan rintisan atau startup yang dapat terus berkembang dan berkesinambungan.

"Bagi kalian yang sudah dan akan bikin startup, paling idealnya yaitu you have to start with a problem. Problem that you are trying to solve. Terus mencari solusinya. Contohnya Gojek dan Grab, what problem they are trying to solve? They are trying to solve the problem of transportation," ujar Eddi dalam seminar Capital Market Summit & Expo di Jakarta, Selasa.

Eddi menceritakan Saat pertama kali beroperasi, Gojek masih menggunakan call centre untuk mendapatkan pesanan, belum memakai aplikasi seperti saat ini, sehingga lambat berkembang. Namun setelah meluncurkan aplikasi (app) yang dipegang konsumen dan mitra pengemudi, perusahaan transportasi online itu berkembang pesat.

"Jadi solutionnya cocok untuk problem yang mau di-solve. Jadi start with the problem and then find the solution," kata Eddi.

Baca juga: Perkuat segmen milenial, Bank Mandiri suntik dana ke Halofina

Kendati demikian Eddi menekankan masalah yang ingin diatasi harus cukup besar sehingga ke depan bisnis startup yang dibangun dapat melakukan ekspansi lebih jauh.

"Problemnya menurut saya harus cukup besar. Kalau problemnya hanya terjadi di kampus anda, di kecamatan anda, berarti gak cukup besar, gak cukup di-scale. Jadi harus cari problem yang cukup besar sehingga bisnis kalian bisa ekspansi," katanya.

Langkah berikutnya, kata dia, adalah pembentukan tim yang terdiri dari hacker, hipster, dan hustler. Ketiganya, kata dia, harus ada dalam sebuah perusahaan startup.

"Bukan berarti harus tiga orang, tapi fungsi-fungsi ini harus ada. Hacker adalah yang programming, yang coding, yang membuat app atau desktop aplikasinya. Hipster adalah yang mengurus user interface, user experience-nya. Dan hustler adalah yang mencari bisnis, entah orang marketing, orang finance atau apa. Bisa juga tiga fungsi ini dijalankan dua orang atau empat orang, silahkan. Tapi harus ada," kata Eddi.

Baca juga: Pendanaan "startup" dari investor tetap menjanjikan di era UU Ciptaker

Eddi pun menuturkan Mandiri Capital tidak pernah berinvestasi pada startup yang pendirinya (founder) hanya terdiri dari satu orang karena dinilai terlalu berisiko.

"Kalau founder tersebut dapat tawaran gaji yang luar biasa tinggi dari luar negeri, dari multinasional, terus ditinggal startup-nya kan gone, kan investasi kita hilang," ujarnya.

Namun Mandiri Capital juga tidak berinvestasi ke startup yang jumlah pendirinya terlalu banyak karena tidak efisien dan justru akan menimbulkan masalah.

"Kalau foundernya 8 atau 10 orang, berantem mulu kan, kapan kerjanya. Pembagian tugasnya saja susah. Jadi idealnya memang kalau kalian bikin startup foundernya adalah 2-4 orang. Jangan kebanyakan lah, tapi juga jangan kedikitan supaya bisa saling membantu," kata Eddi.

Baca juga: Menperin: Revolusi Industri 4.0 butuh peran startup