Jakarta (ANTARA) - Pemerintah telah berhasil menunjukkan sinyal perbaikan dalam perekonomian selama satu tahun kinerja Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Ma’ruf Amin, terutama saat Indonesia sedang penuh tekanan akibat pandemi COVID-19.

“Rasio utang pemerintah yang kurang dari 35 persen dari PDB menunjukkan pengelolaan utang dengan prinsip kehati-hatian,” seperti dikutip dari Buku Laporan Tahunan 2020, Peringatan Setahun Jokowi-Ma'ruf: Bangkit Untuk Indonesia Maju di Jakarta, Selasa.

Di tengah pandemi COVID-19, rasio utang tetap terjaga di bawah 35 persen dari produk domestik bruto (PDB) sehingga rating ini menunjukkan Indonesia masih layak sebagai tujuan investasi.

Baca juga: Pemerintah ciptakan tata kelola keuangan adaptif, bawa dampak positif

Hal itu didukung oleh IMF dalam Outlook Ekonomi Dunia pada Oktober 2020 yang mencatat proyeksi rasio utang Indonesia untuk tahun ini masih jauh dibandingkan negara lain yaitu 38,5 persen terhadap PDB.

Amerika Serikat diperkirakan mencapai 131,2 persen terhadap PDB, Jepang 266,2 persen terhadap PDB, Kanada 114,6 persen terhadap PDB, Italia 161,8 persen, Prancis 118,7 persen, dan Inggris 108 persen terhadap PDB.

Kemudian China turut diproyeksikan menjadi 61,7 persen terhadap PDB, Malaysia 67,6 persen, Filipina 48,9 persen, India 89,3 persen dan Thailand 50,4 persen.

Baca juga: Lima capaian strategis setahun pemerintahan Jokowi-Ma'ruf versi KSP

Tak hanya rasio utang yang tetap terjaga, sinyal perbaikan kondisi ekonomi selama setahun kinerja Jokowi-Ma’ruf juga tercermin dari indikator Purchasing Manager Index di bidang manufaktur dan Indeks Keyakinan Konsumen.

Secara rinci untuk Purchasing Manager Index (PMI) pada Januari tercatat 49,34 poin, Februari 51,88 poin, Maret 45,33 poin, April turun menjadi 27,49 poin akibat PSBB, Mei mulai ada perbaikan 28,62 poin, Juni 39,07 poin, Juli 46,88 poin, Agustus 50,76 poin, dan September turun menjadi 47,2 poin.

Sementara itu untuk Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) memang sempat mengalami penurunan dari Maret, April, dan Mei akibat pandemi namun sudah mulai menunjukkan perbaikan sejak Juni hingga Agustus meski kembali menurun pada September.

IKK pada Januari tercatat sebesar 121,67, Februari sebesar 117,65, Maret sebesar 113,78, April sebesar 84,83, Mei sebesar 77,8, Juni meningkat menjadi 83,78, Juli sebesar 86,19, Agustus sebesar 86,9, dan September kembali turun 83,4.

Oleh sebab itu, pemerintah akan terus memberikan perhatian besar pada usaha kecil dan menengah (UMKM) melalui berbagai insentif untuk membantu mereka dalam menghadapi dampak pandemi dan bertahan di tengah krisis.