Mendes optimistis antisipasi bencana dapat kurangi potensi korban
19 Oktober 2020 16:44 WIB
Mendes PDTT, Abdul Halim Iskandar dalam konferensi pers secara daring dari Kemendes PDTT, Jakarta, Senin (19/10/2020). (Humas Kemendes PDTT)
Jakarta (ANTARA) - Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi (Kemendes PDTT) Abdul Halim Iskandar optmistis upaya yang ditempuh untuk mengantisipasi bencana dapat mengurangi jumlah potensi korban akibat bencana alam tersebut.
"Kita berharap dengan informasi dan peringatan dini ini, kalau toh terjadi angin besar, kalau terjadi hujan lebat, karena sudah terantisipasi, kita berharap dengan sangat korbannya enggak terlalu banyak. Mudah-mudahan ini terwujud," kata Mendes PDTT, dalam konferensi pers secara daring dari Kemendes PDTT di Jakarta, Senin.
Mendes mengatakan bencana berupa angin kencang di 3.138 desa, banjir di 9.901 desa, banjir bandang di 878 desa dan tanah longsor di 4.971 desa telah terjadi dalam satu tahun terakhir.
Bencana-bencana tersebut menjadi pelajaran sekaligus bagian penting dari upaya mitigasi dan antisipasi pemerintah terhadap potensi bencana di masa yang akan datang.
Adapun upaya mitigasi yang telah dilakukan di desa-desa sejauh ini, antara lain dengan menyampaikan peringatan dini bencana alam di 4.547 desa, menyediakan perlengkapan keselamatan, berupa perahu karet, tenda, masker dan lain-lain di 1.788 desa, membuat jalur evakuasi bencana di 4.079 desa dan melakukan normalisasi sungai, tanggul, parit, drainase dan embung di 21.466 desa.
Sementara itu, upaya antisipasi yang telah dan akan terus diupayakan oleh Kemendes PDTT adalah dengan terus menyajikan informasi terkait cuaca ekstrem malalui website Kemendes PDTT, yaitu kemendesa.go.id, yang diteruskan dari informasi cuaca Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG).
"Jadi kami menyajikan informasi cuaca ekstrem supaya bisa dilihat, dibaca dan kemudian menjadi warning bagi kepala desa, pendamping desa dan warga masyarakat desa," kata Mendes Halim yang juga akrab disapa Gus Menteri itu.
Kemudian, tidak hanya menyalurkan informasi secara pasif, Kemendes PDTT juga berperan aktif menyampaikan peringatan dini melalui pembentukan Tim Sapa Desa.
"Jadi peringatan dini yang dikeluarkan BMKG, yang bisa kita akses ke sana ini kami transformasikan dalam bentuk kerja aktif. Kami menginformasikan atau menyampaikan peringatan. Misalnya peringatan dini adanya angin kencan, hujan lebat dan banjir. Nah, ini sangat valid karena kami merujuk pada info di BMKG," kata Gus Menteri.
Tujuan dari penyampaian peringatan dini secara aktif tersebut, katanya, untuk lebih mempermudah pemerintah setempat dan juga masyarakat yang mungkin tidak sempat mengakses informasi tersebut.
Baca juga: Kemendes PDTT minta para kepala desa antisipasi potensi bencana
"Kami kasih tahu karena ini bagian tugas Kemendes untuk mengantisipasi bencana," ujarnya.
Gus Menteri optimistis dengan pemberian informasi dan peringatan dini secara aktif, serta langkah antipasi lain yang telah diupayakan dapat mengurangi kemungkinan jumlah korban akibat bencana lain di masa mendatang.
"Saya yakin kalau arahan dari Kemendes dijalankan di desa-desa, saya pastikan korban bencana tidak akan banyak," demikian kata Mendes PDTT.
"Kita berharap dengan informasi dan peringatan dini ini, kalau toh terjadi angin besar, kalau terjadi hujan lebat, karena sudah terantisipasi, kita berharap dengan sangat korbannya enggak terlalu banyak. Mudah-mudahan ini terwujud," kata Mendes PDTT, dalam konferensi pers secara daring dari Kemendes PDTT di Jakarta, Senin.
Mendes mengatakan bencana berupa angin kencang di 3.138 desa, banjir di 9.901 desa, banjir bandang di 878 desa dan tanah longsor di 4.971 desa telah terjadi dalam satu tahun terakhir.
Bencana-bencana tersebut menjadi pelajaran sekaligus bagian penting dari upaya mitigasi dan antisipasi pemerintah terhadap potensi bencana di masa yang akan datang.
Adapun upaya mitigasi yang telah dilakukan di desa-desa sejauh ini, antara lain dengan menyampaikan peringatan dini bencana alam di 4.547 desa, menyediakan perlengkapan keselamatan, berupa perahu karet, tenda, masker dan lain-lain di 1.788 desa, membuat jalur evakuasi bencana di 4.079 desa dan melakukan normalisasi sungai, tanggul, parit, drainase dan embung di 21.466 desa.
Sementara itu, upaya antisipasi yang telah dan akan terus diupayakan oleh Kemendes PDTT adalah dengan terus menyajikan informasi terkait cuaca ekstrem malalui website Kemendes PDTT, yaitu kemendesa.go.id, yang diteruskan dari informasi cuaca Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG).
"Jadi kami menyajikan informasi cuaca ekstrem supaya bisa dilihat, dibaca dan kemudian menjadi warning bagi kepala desa, pendamping desa dan warga masyarakat desa," kata Mendes Halim yang juga akrab disapa Gus Menteri itu.
Kemudian, tidak hanya menyalurkan informasi secara pasif, Kemendes PDTT juga berperan aktif menyampaikan peringatan dini melalui pembentukan Tim Sapa Desa.
"Jadi peringatan dini yang dikeluarkan BMKG, yang bisa kita akses ke sana ini kami transformasikan dalam bentuk kerja aktif. Kami menginformasikan atau menyampaikan peringatan. Misalnya peringatan dini adanya angin kencan, hujan lebat dan banjir. Nah, ini sangat valid karena kami merujuk pada info di BMKG," kata Gus Menteri.
Tujuan dari penyampaian peringatan dini secara aktif tersebut, katanya, untuk lebih mempermudah pemerintah setempat dan juga masyarakat yang mungkin tidak sempat mengakses informasi tersebut.
Baca juga: Kemendes PDTT minta para kepala desa antisipasi potensi bencana
"Kami kasih tahu karena ini bagian tugas Kemendes untuk mengantisipasi bencana," ujarnya.
Gus Menteri optimistis dengan pemberian informasi dan peringatan dini secara aktif, serta langkah antipasi lain yang telah diupayakan dapat mengurangi kemungkinan jumlah korban akibat bencana lain di masa mendatang.
"Saya yakin kalau arahan dari Kemendes dijalankan di desa-desa, saya pastikan korban bencana tidak akan banyak," demikian kata Mendes PDTT.
Pewarta: Katriana
Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2020
Tags: