Ahli Kandungan: Terapi hormon pada menopause berisiko kanker rahim
18 Oktober 2020 17:32 WIB
Webinar “Menjaga Kesehatan dan Fungsi Seksual Wanita di Masa Menopause secara Komprehensif” sekaligus peluncuran “Center Menopause” di Jakarta, Ahad (18/10). (ANTARA/HO- Dok pri)
Jakarta (ANTARA) - Ahli kandungan dari Klinik Hayandra dr Anggara Mahardika SpOG mengatakan terapi hormon pada perempuan yang mengalami menopause berisiko meningkatkan terjadinya kanker rahim.
"Perlu diingat bahwa walaupun pemberian terapi hormon memiliki keuntungan menekan gejala menopause serta mengurangi resiko osteoporosis, namun terdapat pula peningkatan resiko terjadinya kanker rahim dan kanker usus besar," ujar Anggara dalam webinar di Jakarta, Ahad.
Ia menjelaskan, untuk menekan gejala menopause perlu pemeriksaan yang komprehensif sehingga menolong perempuan pada usia menopause untuk mendapatkan terapi yang terbaik.
Baca juga: Seks lebih sering kurangi risiko menopause dini
Dia menjelaskan menopause akan dialami oleh seluruh perempuan. Gejalanya terdiri tiga bagian yakni gejala somatik seperti nyeri sendi, vagina kering, dyspareunia atau nyeri berhubungan intim, lalu gejala vasomotor seperti keringat malam dan hot flashes, serta gejala psikis seperti insomnia dan perubahan mood.
Dia menjelaskan tata laksana untuk keluhan-keluhan itu dapat berupa terapi nonhormonal seperti pengaturan pola makan, asupan suplemen, serta dapat berupa pemberian terapi hormon.
Ahli obstetri ginekologi Dr Fernandi Moegni, SpOG(K) mengatakan gangguan berkemih yang paling umum terjadi pada kaum menopause adalah kencing berulang yang disebabkan kekurangan hormon estrogen, serta kencing bocor saat batuk, bersin dan beraktivitas akibat dari kelemahan struktur jaringan dinding vagina.
Hal itu diatasi dengan terapi laser dikombinasi dengan activated PRP (Platelet-Rich Plasma) yang diproses secara khusus.
Baca juga: Terlalu banyak karbohidrat berisiko alami menopause lebih cepat
Pakar kesehatan Dr dr Karina SpBP-RE mengatakan bahwa berbagai literatur telah menunjukkan bahwa terapi sel mutakhir seperti sel punca, stromal vascular fraction (SVF), platelet-rich plasma (PRP) maupun immune cell therapy (ICT), kesemuanya berperan penting bagi wanita usia menopause, bahkan dapat menurunkan resiko osteoporosis serta berbagai penyakit degeneratif.
"Tak hanya itu, teknologi minimal infasif seperti laser dan fat graft atau transfer lemak yang dipadukan dengan terapi sel, baik ke wajah, tangan yang mulai keriput dan bahkan ke area intim, ternyata tidak hanya memperbaiki penampilan tapi juga memperbaiki kontur kulit dan elastisitas jaringan. Mengapa? Karena sel punca yang terbawa di lemak tersebut akan bekerja memperbaiki jaringan tempat lemak ditanamkan,” jelas Karina.
Baca juga: 10 tanda jelang masa menopause
Baca juga: Perempuan menopause juga perlu rutin periksa payudara
"Perlu diingat bahwa walaupun pemberian terapi hormon memiliki keuntungan menekan gejala menopause serta mengurangi resiko osteoporosis, namun terdapat pula peningkatan resiko terjadinya kanker rahim dan kanker usus besar," ujar Anggara dalam webinar di Jakarta, Ahad.
Ia menjelaskan, untuk menekan gejala menopause perlu pemeriksaan yang komprehensif sehingga menolong perempuan pada usia menopause untuk mendapatkan terapi yang terbaik.
Baca juga: Seks lebih sering kurangi risiko menopause dini
Dia menjelaskan menopause akan dialami oleh seluruh perempuan. Gejalanya terdiri tiga bagian yakni gejala somatik seperti nyeri sendi, vagina kering, dyspareunia atau nyeri berhubungan intim, lalu gejala vasomotor seperti keringat malam dan hot flashes, serta gejala psikis seperti insomnia dan perubahan mood.
Dia menjelaskan tata laksana untuk keluhan-keluhan itu dapat berupa terapi nonhormonal seperti pengaturan pola makan, asupan suplemen, serta dapat berupa pemberian terapi hormon.
Ahli obstetri ginekologi Dr Fernandi Moegni, SpOG(K) mengatakan gangguan berkemih yang paling umum terjadi pada kaum menopause adalah kencing berulang yang disebabkan kekurangan hormon estrogen, serta kencing bocor saat batuk, bersin dan beraktivitas akibat dari kelemahan struktur jaringan dinding vagina.
Hal itu diatasi dengan terapi laser dikombinasi dengan activated PRP (Platelet-Rich Plasma) yang diproses secara khusus.
Baca juga: Terlalu banyak karbohidrat berisiko alami menopause lebih cepat
Pakar kesehatan Dr dr Karina SpBP-RE mengatakan bahwa berbagai literatur telah menunjukkan bahwa terapi sel mutakhir seperti sel punca, stromal vascular fraction (SVF), platelet-rich plasma (PRP) maupun immune cell therapy (ICT), kesemuanya berperan penting bagi wanita usia menopause, bahkan dapat menurunkan resiko osteoporosis serta berbagai penyakit degeneratif.
"Tak hanya itu, teknologi minimal infasif seperti laser dan fat graft atau transfer lemak yang dipadukan dengan terapi sel, baik ke wajah, tangan yang mulai keriput dan bahkan ke area intim, ternyata tidak hanya memperbaiki penampilan tapi juga memperbaiki kontur kulit dan elastisitas jaringan. Mengapa? Karena sel punca yang terbawa di lemak tersebut akan bekerja memperbaiki jaringan tempat lemak ditanamkan,” jelas Karina.
Baca juga: 10 tanda jelang masa menopause
Baca juga: Perempuan menopause juga perlu rutin periksa payudara
Pewarta: Indriani
Editor: Budhi Santoso
Copyright © ANTARA 2020
Tags: