KKP ajak warga belajar usaha budi daya perikanan di SUPM
18 Oktober 2020 16:57 WIB
Sejumlah siswa sekolah usaha perikanan menengah (SUPM) memilah udang vaname usai panen di tambak udang Kelurahan Mintaragen, Tegal, Jawa Tengah, Senin (5/8/2019). ANTARA FOTO/Oky Lukmansyah/ama.
Jakarta (ANTARA) - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mengajak masyarakat belajar usaha budi daya perikanan di sejumlah sekolah usaha perikanan menengah (SUPM), yang berada di bawah naungan kementerian tersebut.
"Kami akan dukung agar mereka bisa membentuk budi daya di tempatnya masing-masing. Kami siap menerima konsultasi dan pendampingan untuk mereka," kata Kepala Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM) KKP Sjarief Widjaja dalam rilis di Jakarta, Minggu.
Baca juga: Menteri Edhy wajibkan sekolah kelautan KKP terima anak nelayan
Menurut Sjarief, keberadaan suatu satuan kerja di suatu daerah harus memberikan manfaat bagi masyarakat sekitarnya, termasuk juga satuan pendidikan kelautan dan perikanan.
Ia mencontohkan salah satu yang bisa dipelajari adalah terkait budi daya perikanan, seperti yang baru dilakukannya pada saat panen massal di SUPM Kotaagung, Lampung.
Sjarief berpendapat budi daya yang dilakukan SUPM Kotaagung dapat memberikan suatu kesempatan bagi masyarakat yang memiliki lahan kosong tak terpakai.
"Teman-teman yang masih ada lahan di belakang rumah mereka bisa diupayakan untuk kegiatan budi daya. Kami mengundang masyarakat untuk belajar di SUPM Kotaagung," ujarnya.
Pada kegiatan tersebut, terdapat tiga komoditas yang dipanen, yaitu udang vaname, lobster, dan ikan nila.
Menurut Sjarief, panen udang ini merupakan kegiatan rutin hasil aktivasi lahan-lahan terbengkalai agar menjadi lahan-lahan produktif sejak dua tahun lalu, yang dapat memberi inspirasi pada masyarakat, agar mereka melakukan hal yang sama.
Budi daya udang tersebut dilakukan di tambak-tambak dengan ukuran sekitar 1.200 meter persegi, yang ditebar benih selama tiga bulan, sehingga menghasilkan panen yang mencapai 3-5 ton.
Sementara itu terkait komoditas lobster, SUPM Kotaagung telah melakukan pembesaran dari ukuran 5 cm atau sekitar 50 gram. Dalam waktu enam bulan dapat dilakukan panen dengan hasil per ekor mencapai 250 gram seharga Rp300 ribu per kilogram.
Menurut dia, budi daya lobster tidak membutuhkan lahan yang besar untuk pembesarannya, sehingga dapat dilakukan di skala rumah tangga.
"Kalau kita lihat bak-bak tadi, tidak membutuhkan lahan besar. Istilahnya backyard atau ponds, di belakang rumah bisa budi daya lobster," tutur Sjarief.
Kepala Pusat Pendidikan Kelautan dan Perikanan Bambang Suprakto mengatakan satuan Pendidikan KKP harus bermanfaat bagi masyarakat sekitar.
"Kampus ini punya nilai besar jika bermanfaat untuk masyarakat banyak. SUPM Kotaagung luar biasa untuk pengembangan kegiatan teaching factory-nya, unit-unit produksinya, dan pemanfaatan lahan-lahan yang kurang produktif menjadi lahan-lahan produktif dari berbagai komoditas," ucapnya.
Baca juga: KKP dorong lembaga pendidikan lahirkan wirausaha perikanan
Baca juga: KKP: SDM unggul Sekolah Tinggi Perikanan siap hadapi Industri 4.0
"Kami akan dukung agar mereka bisa membentuk budi daya di tempatnya masing-masing. Kami siap menerima konsultasi dan pendampingan untuk mereka," kata Kepala Badan Riset dan Sumber Daya Manusia Kelautan dan Perikanan (BRSDM) KKP Sjarief Widjaja dalam rilis di Jakarta, Minggu.
Baca juga: Menteri Edhy wajibkan sekolah kelautan KKP terima anak nelayan
Menurut Sjarief, keberadaan suatu satuan kerja di suatu daerah harus memberikan manfaat bagi masyarakat sekitarnya, termasuk juga satuan pendidikan kelautan dan perikanan.
Ia mencontohkan salah satu yang bisa dipelajari adalah terkait budi daya perikanan, seperti yang baru dilakukannya pada saat panen massal di SUPM Kotaagung, Lampung.
Sjarief berpendapat budi daya yang dilakukan SUPM Kotaagung dapat memberikan suatu kesempatan bagi masyarakat yang memiliki lahan kosong tak terpakai.
"Teman-teman yang masih ada lahan di belakang rumah mereka bisa diupayakan untuk kegiatan budi daya. Kami mengundang masyarakat untuk belajar di SUPM Kotaagung," ujarnya.
Pada kegiatan tersebut, terdapat tiga komoditas yang dipanen, yaitu udang vaname, lobster, dan ikan nila.
Menurut Sjarief, panen udang ini merupakan kegiatan rutin hasil aktivasi lahan-lahan terbengkalai agar menjadi lahan-lahan produktif sejak dua tahun lalu, yang dapat memberi inspirasi pada masyarakat, agar mereka melakukan hal yang sama.
Budi daya udang tersebut dilakukan di tambak-tambak dengan ukuran sekitar 1.200 meter persegi, yang ditebar benih selama tiga bulan, sehingga menghasilkan panen yang mencapai 3-5 ton.
Sementara itu terkait komoditas lobster, SUPM Kotaagung telah melakukan pembesaran dari ukuran 5 cm atau sekitar 50 gram. Dalam waktu enam bulan dapat dilakukan panen dengan hasil per ekor mencapai 250 gram seharga Rp300 ribu per kilogram.
Menurut dia, budi daya lobster tidak membutuhkan lahan yang besar untuk pembesarannya, sehingga dapat dilakukan di skala rumah tangga.
"Kalau kita lihat bak-bak tadi, tidak membutuhkan lahan besar. Istilahnya backyard atau ponds, di belakang rumah bisa budi daya lobster," tutur Sjarief.
Kepala Pusat Pendidikan Kelautan dan Perikanan Bambang Suprakto mengatakan satuan Pendidikan KKP harus bermanfaat bagi masyarakat sekitar.
"Kampus ini punya nilai besar jika bermanfaat untuk masyarakat banyak. SUPM Kotaagung luar biasa untuk pengembangan kegiatan teaching factory-nya, unit-unit produksinya, dan pemanfaatan lahan-lahan yang kurang produktif menjadi lahan-lahan produktif dari berbagai komoditas," ucapnya.
Baca juga: KKP dorong lembaga pendidikan lahirkan wirausaha perikanan
Baca juga: KKP: SDM unggul Sekolah Tinggi Perikanan siap hadapi Industri 4.0
Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2020
Tags: