Jakarta (ANTARA News) - PSSI masih menunggu surat pemberitahuan resmi dari FIFA terkait gagalnya Indonesia menjadi salah satu negera peserta bidding Piala Dunia 2022.

Sekjen PSSI, Nugraha Besoes, di Jakarta, Senin, mengatakan bahwa pihaknya hingga saat ini masih mendengar secara lisan jika Indonesia gagal sebagai salah satu calon penyelanggara olahraga terbesar itu.

"Baru secara lisan saja. Kita tunggu surat resminya. Yang jelas kami akan terus memperjuangkan," katanya saat dikonfirmasi di Kantor PSSI Jakarta.

Menurut dia, secara umum pihaknya telah memperjuangkan dengan maksimal, meski akhirnya tidak mampu mensukseskan menjadi tuan rumah event empat tahunan itu.

Gagalnya Indonesia dalam proses bidding Piala Dunia 2022, kata dia, kurangnya persyaratan yang harus dipenuhi yang salah satunya adalah dukungan dan jaminan dari pemerintah.

"PSSI telah berusaha maksimal. Yang jela kami telah berusaha memenuhi semua persyaratan. Namun demikian itu belum cukup," katanya menambahkan.

Gagalnya Indonesia dalam bidding Piala Dunia 2022 berdampak pula pada konsultan yang dikontrak oleh PSSI. Konsultan itu menuntut pihak PSSI menyelesaikan semua hal yang tertuang dalam draf kontrak salah satunya masalah honor.

Untuk maju dalam bidding Piala Dunia 2022, PSSI mengontrak Michel Bacchini dengan nilai kontrak sebesar 258.160 dollar AS atau setara dengan Rp2,3 miliar. Durasi kontrak mulai tahun 2009 hingga tahun 2012 mendatang.

Sebelumnya Bacchini melalui kuasa hukumnya mengajukan tuntutan Mahkamah Arbitrase Olah Raga atau CAS terkait belum dibayarkan kontrak yang telah disepakati dengan PSSI.

"Untuk biaya ke Jakarta dan ke Afika Selatan senilai 27 ribu dollar AS telah kami bayar. Untuk kontrak masih akan dinegosiasikan," kata menjelaskan.

Ia menambahkan, belum dibayarnya kontrak Bacchini ada beberapa pertimbangan. Selama ini konsultan belum menjalankan tugas sebagaimana yang tertuang dalam kontrak. Konsultan hanya melakukan kunjungan ke Jakarta dan Afika Selatan.

Jika sudah bekerja, kata dia, maka seharusnya membuat kantor di Indonesia dan memenuhi kewajibannya dalam mensukseskan proses bidding. Namun demikian semua gagal seiring tidak mendapat dukungan dari pemerintah.

"Karja aja belum, masak kami harus membayar sesuai dengan kontrak. Makanya kami akan terus melakukan negosiasi agar semuanya cepat selesai.

Indonesia pada proses bidding seharusnya akan bersain dengan beberapa negara di Asia diantaranya adalah Jepang, Korea Selatan, Qatar dan Australia.
(T.B016/S005/P003)