Jakarta (ANTARA News) - Wapres Boediono minta generasi muda meneladani almarhum Yohana Sunarti Nasution (Bu Nas), Istri Almarhum Jenderal Besar AH Nasution, yang wafat pukul 00.00 WIB, Minggu (21/3).

"Almarhumah adalah sosok yang sangat layak diteladani oleh generasi muda, selain istri setia dan tokoh berbagai bidang, khususnya bidang sosial," kata Wapres Boediono menjawab pers sesuai melayat di rumah duka Jln. Teuku Umar, Jakarta Pusat, Minggu.

Boediono yang datang melayat sekitar pukul 09.25 WIB dan hanya sekitar 10 menit berada di rumah duka, bersama istri, Herawati dan disambut Gubernur DKI Jakarta, Fauzi Wibowo dan pihak keluarga.

Tidak hanya Boediono, tokoh lain seperti Panglima TNI Jenderal TNI Djoko Santoso dan Mantan Presiden B.J. Habibie juga hadir melayat.

Pada pukul 10.33 WIB, tampak Ketua MPR RI Taufik Kiemas juga melayat di rumah duka.

Sebelumnya, salah satu cucu almarhum, Marina mengatakan, almarhum Yohana Sunarti Nasution akan dimakamkan di samping almarhum suaminya, Jenderal AH Nasution, di Taman Makam Pahlawan Kalibata.

Menurut Marina, sebelum di berangkatkan ke TMP Kalibata sekitar pukul 13.00 WIB, jenazah akan dishalatkan terlebih dahulu sekitar pukul 12.00 WIB di Masjid Cut Muthia Menteng, Jakarta Pusat.

Wanita kelahiran Surabaya 1 November 1923 dan akrab disapa Bu Nas ini mempunyai dua orang putri, yakni Hendriyanti Sahara, dan Ade Irma Suryani yang wafat dalam peristiwa pemberontakan G 30 S PKI di tahun 1965.

Selain itu, almarhum juga meninggalkan empat orang cucu dan lima cicit.

Semasa hidupnya, Bu Nas dikenal aktif dalam berbagai aktivitas sosial, di antaranya mendirikan berbagai yayasan seperti Yayasan Bina Wicara "Vacana Mandira", Yayasan Jambangan Kasih, Yayasan "Pembinaan dan Asuhan Bunda", Yayasan "Panti Usada Mulia" dan Yayasan Santi Rama.

Atas berbagai jasa dan aktivitas sosialnya itu, Bu Nas pernah mendapatkan anugerah sejumlah tanda kehormatan dari pemerintah, di antaranya Satya Lantjana Kebaktian Sosial pada tahun 1971, Lencana Satya Bhakti Utama Persit Kartika Chandra Kirana, (20 Februari 1989), Bintang perjuangan Angkatan 45 (17 Agustus 1995) dan Bintang Maha Putra Utama (15 Agustus 1995).

Sementara sejumlah penghargaan dari luar negeri yang pernah diterimanya adalah Centro Culturale Italiano Premio Adelaide Ristori Anno VIII pada tahun 1976, penghargaan Ramon Magsaysay Award for Public Service (31 Agustus 1981) serta penghargaan Paul Harris Fellow Award Rotary Foundation of Rotary International Amerika pada tahun 1982.

(T.E008/C004/S026)