Jerusalem (ANTARA News/AFP) - Mayoritas warga Israel menganggap Presiden Amerika Serikat (AS) Barack Obama adil sekalipun kedua negara terlibat dalam perselisihan diplomatik yang meningkat.

Pandangan sebagian besar warga Israel itu terungkap dalam hasil jajak pendapat yang dipublikasi Suratkabar "Haaretz", Jumat.

Hasil jajak pendapat itu menunjukkan, 51 persen responden percaya bahwa Obama praktis dalam memandang hubungan negaranya dengan negara Yahudi itu. Sebanyak 18 persen menganggapnya sebagai bersahabat.

Sebaliknya, 21 persen menganggap Obama bersikap bermusuhan dan 10 persen tidak bersikap.

Jajak pendapat itu selanjutnya mendapati bahwa 48 persen responden yakin bahwa pemerintahnya akan melanjutkan membangun rumah di Jerusalem timur meskipun langkah itu telah memunculkan kegusaran di AS dan negara-negara lain.

Sebanyak 41 persen responden memperkirakan bahwa Israel akan menghentikan pembangunan 1.600 rumah baru bagi warga Yahudi itu hingga dihasilkan kesimpulan perundingan damai dengan Palestina.

Survei yang dilakukan pada Rabu dan Kamis itu melibatkan 499 orang responden. Survei tersebut memiliki margin kesalahan 4,3 persen, kata surat kabar yang condong berhaluan kiri itu.

Kuartet diplomatik Timur Tengah Jumat meminta Israel agar menghentikan pembangunan permukiman dan menetapkan target 2012 untuk mencapai perjanjian damai dengan Palestina.

Rencana Israel membangun rumah baru di atas tanah rakyat Palestina di Jerusalem timur yang dicaploknya itu telah menimbulkan krisis terburuk dalam hubungan AS-Israel dalam beberapa tahun.

Jerusalem timur adalah separuh kota suci berpenduduk mayoritas Arab. Wilayah kota itu direbut dan kemudian dicaplok Israel setelah Perang Enam Hari tahun 1967.

Israel menganggap kota itu sebagai ibukotanya yang abadi dan tak bisa dibagi, sedangkan Palestina berharap Jerusalem timur akan menjadi ibukota negaranya di masa depan. (S008/K004)