Beijing (ANTARA) - Saham-saham China berakhir lebih rendah pada Kamis, menghapus kenaikan awal setelah data menunjukkan harga-harga di tingkat pabrik turun lebih cepat dari perkiraan pada September dan inflasi konsumen melambat ke level terlemah dalam 19 bulan, menunjukkan berlanjutnya tantangan yang dihadapi ekonomi China akibat pandemi COVID-19.

Indikator utama pasar saham China, Indeks Komposit Shanghai merosot 0,26 persen menjadi ditutup pada 3.332,18 poin, sementara Indeks Komponen Shenzhen yang melacak saham-saham di bursa kedua China berakhir 0,48 persen lebih rendah menjadi menetap di 13.624,89 poin.

Nilai transaksi gabungan saham-saham yang mencakup kedua indeks tersebut menyusut menjadi 764 miliar yuan (sekitar 113,4 miliar dolar AS) dari 827,6 miliar yuan (sekitar 122,66 miliar dolar AS) pada penutupan perdagangan sehari sebelumnya.

Baca juga: Saham Korsel terus merosot, Indeks KOSPI jatuh lagi 0,81 persen

Baca juga: Wall Street berakhir turun, Indeks Dow Jones merosot 165,81 poin


Data resmi menunjukkan penurunan harga-harga pangan meredakan pertumbuhan inflasi konsumen China pada September, sementara penurunan harga-harga tingkar pabrik meluas.

Indeks harga konsumen, pengukur utama inflasi, naik 1,7 persen secara tahun ke tahun pada bulan lalu, turun dari kenaikan 2,4 persen yang tercatat pada Agustus.

Sektor otomotif naik di seluruh papan perdagangan pada Kamis, dengan produsen kendaraan energi baru terkemuka BYD naik 0,8 persen menjadi ditutup pada 131,55 yuan. Sementara itu Indeks ChiNext yang melacak saham-saham perusahaan sedang berkembang di papan bergaya Nasdaq China, melemah 0,95 persen menjadi mengakhiri perdagangan pada 2.737,96 poin.

Baca juga: Saham China dibuka lebih tinggi setelah sehari sebelumnya jatuh