Surplus beras hingga akhir tahun, Mentan yakin stok pangan aman
15 Oktober 2020 16:46 WIB
Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo (tengah) saat meninjau Embung Giriroto yang dimanfaatkan untuk irigasi pertanian di Desa Giriroto Kecamatan Ngemplak Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah, Kamis (15/10/2020). ANTARA/Bambang Dwi Marwoto.
Boyolali (ANTARA) - Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menyebutkan stok pangan di tengah pandemi COVID-19 saat ini masih aman karena persediaan beras hingga akhir 2020 surplus.
"Saya yakin stok pangan secara nasional aman," kata Syahrul Yasin Limpo, di sela kunjungan di Embung Giriroto Desa Giriroto, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Boyolali, Jateng, Kamis.
Mentan Syahrul Yasin Limpo dalam kunjungannya, selain melihat pemanfaatan air embung di Desa Giriroto Boyolali, juga meninjau langsung kondisi sektor pertanian dan melakukan dialog dengan petani saat proses panen di tengah pandemi COVID-19 di wilayah itu.
Menurut Mentan, kedatangannya untuk melihat kesiapan melakukan akselerasi ketahanan pangan di semua tempat di seluruh Indonesia. Sebelum di Boyolali, juga melakukan kunjungan di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah.
"Kami melihat pertanian tetap akseleratif atau tetap tinggi, para petani melakukan proses panen kacang tanah dengan baik, komoditas palawija dan padi tetap jalan. Kondisi seperti ini, kami harapkan bisa bertahan terutama di tengah pandemi COVID-19," kata Mentan.
Ia mengatakan bahwa Presiden juga memberikan penekanan agar akselerasi harus dijaga lebih kuat di tengah pandemi saat ini. Cuaca ke depan ada kemarau basah, tetapi pada ujung bulan Desember ada La Nina, artinya akan ada banjir karena curah hujan yang sangat tinggi. Sehingga, kata Menpan harus ada antisipasi untuk mempercepat apa yang bisa dilakukan sekarang dengan menjaga surplus pangan.
Mentan menyebutkan sudah melihat apa yang ada di Kabupaten Boyolali, bagusnya kondisi tanaman pangan yang dikelola petani di wilayah ini. Namun, harapan Presiden diurus langkah selanjutnya. Artinya, pascapanen harus diurus proses untuk mengindustrikan atau menjaga agar kualitas produksi lebih tinggi, dan pemasarannya lebih baik.
"Hal ini, yang masih kami jajaki tentu masih dalam proses percobaan-percobaan yang dilakukan.Seperti di Boyolali untuk melihat bagaimana tanaman padi dan palawija itu, bisa berujung ke industri-industri kecil yang ada di setiap desa," kata Mentan.
Pada masa pandemi COVID-19 saat ini, kata Mentan, berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang mengalami kenaikan ekspor hanya sektor pertanian yakni sekitar 16,4 persen.
Hal tersebut, kata Mentan, artinya akselerasi pertanian di tengah COVID-19 tetap berputar dengan baik. Dari Januari ke Juli ekspor masih di atas Rp251 triliun. Itu tandanya sektor pertanian tidak terganggu dengan adanya COVID-19, dan tetap menjadi ruang dan peluang untuk perputaran bisnis dan ekonomi yang ada.
Namun, sektor pertanian harus dijaga dan tidak boleh hanya dengan data saja. Tetapi harus ke lapangan apakah betul atau tidak, serta masing-masing wilayah mempunyai karakter dan pendekatan masing-masing.
Mentan menjelaskan berdasarkan data BPS, hasil produksi Musim Tanam (MT) I kelebihan stoknya hingga mencapai 7,4 juta ton beras, dan MT 2 dilakukan percepatan dengan lahan seluas 5,8 juta hektare dan realisasi sudah tertanam hampir 89 persen.
"Kami masih mempunyai sisa waktu, dan hasil bisa mencapai di atas 13 juta ton atau sekitar 15 juta ton beras. Sehingga, total stok hingga mencapai 22 juta ton atau overstock. Karena, kebutuhan pangan nasional hanya sekitar 15 juta ton beras per tahun. Jadi ada surplus untuk kebutuhan pangan pada 2021," katanya.
"Saya yakin stok pangan secara nasional aman," kata Syahrul Yasin Limpo, di sela kunjungan di Embung Giriroto Desa Giriroto, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Boyolali, Jateng, Kamis.
Mentan Syahrul Yasin Limpo dalam kunjungannya, selain melihat pemanfaatan air embung di Desa Giriroto Boyolali, juga meninjau langsung kondisi sektor pertanian dan melakukan dialog dengan petani saat proses panen di tengah pandemi COVID-19 di wilayah itu.
Menurut Mentan, kedatangannya untuk melihat kesiapan melakukan akselerasi ketahanan pangan di semua tempat di seluruh Indonesia. Sebelum di Boyolali, juga melakukan kunjungan di Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah.
"Kami melihat pertanian tetap akseleratif atau tetap tinggi, para petani melakukan proses panen kacang tanah dengan baik, komoditas palawija dan padi tetap jalan. Kondisi seperti ini, kami harapkan bisa bertahan terutama di tengah pandemi COVID-19," kata Mentan.
Ia mengatakan bahwa Presiden juga memberikan penekanan agar akselerasi harus dijaga lebih kuat di tengah pandemi saat ini. Cuaca ke depan ada kemarau basah, tetapi pada ujung bulan Desember ada La Nina, artinya akan ada banjir karena curah hujan yang sangat tinggi. Sehingga, kata Menpan harus ada antisipasi untuk mempercepat apa yang bisa dilakukan sekarang dengan menjaga surplus pangan.
Mentan menyebutkan sudah melihat apa yang ada di Kabupaten Boyolali, bagusnya kondisi tanaman pangan yang dikelola petani di wilayah ini. Namun, harapan Presiden diurus langkah selanjutnya. Artinya, pascapanen harus diurus proses untuk mengindustrikan atau menjaga agar kualitas produksi lebih tinggi, dan pemasarannya lebih baik.
"Hal ini, yang masih kami jajaki tentu masih dalam proses percobaan-percobaan yang dilakukan.Seperti di Boyolali untuk melihat bagaimana tanaman padi dan palawija itu, bisa berujung ke industri-industri kecil yang ada di setiap desa," kata Mentan.
Pada masa pandemi COVID-19 saat ini, kata Mentan, berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) yang mengalami kenaikan ekspor hanya sektor pertanian yakni sekitar 16,4 persen.
Hal tersebut, kata Mentan, artinya akselerasi pertanian di tengah COVID-19 tetap berputar dengan baik. Dari Januari ke Juli ekspor masih di atas Rp251 triliun. Itu tandanya sektor pertanian tidak terganggu dengan adanya COVID-19, dan tetap menjadi ruang dan peluang untuk perputaran bisnis dan ekonomi yang ada.
Namun, sektor pertanian harus dijaga dan tidak boleh hanya dengan data saja. Tetapi harus ke lapangan apakah betul atau tidak, serta masing-masing wilayah mempunyai karakter dan pendekatan masing-masing.
Mentan menjelaskan berdasarkan data BPS, hasil produksi Musim Tanam (MT) I kelebihan stoknya hingga mencapai 7,4 juta ton beras, dan MT 2 dilakukan percepatan dengan lahan seluas 5,8 juta hektare dan realisasi sudah tertanam hampir 89 persen.
"Kami masih mempunyai sisa waktu, dan hasil bisa mencapai di atas 13 juta ton atau sekitar 15 juta ton beras. Sehingga, total stok hingga mencapai 22 juta ton atau overstock. Karena, kebutuhan pangan nasional hanya sekitar 15 juta ton beras per tahun. Jadi ada surplus untuk kebutuhan pangan pada 2021," katanya.
Pewarta: Bambang Dwi Marwoto
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2020
Tags: