Jakarta (ANTARA) - Direktur Pendidikan Diniyah dan Pondok Pesantren Kementerian Agama Waryono Abdul Ghofur mengatakan disiplin penerapan cuci tangan pakai sabun di lingkungan pondok pesantren lumayan tinggi.

"Tradisi mencuci tangan sebenarnya kelanjutan dari budaya dan ajaran Islam yaitu berwudhu dan mandi. Bila kita shalat, berwudhu maka tangan akan selalu bersih. Bila salat ditambah dengan dengan shalat sunah maka akan tambah bersih," ujar Wayono dalam kampanye nasional dan hari cuci tangan pakai sabun di Jakarta, Kamis.

Dia menambahkan jika biasanya, umat Islam hanya lima kali berwudhu maka jika ditambah shalat sunah bisa mencapai 10 hingga 15 kali.

"Alhamdulillah di Kementerian Agama, dengan bantuan BOP mempermudah pesantren maupun pendidikan diniyah menerapkan cuci tangan pakai sabun," tambah dia.

Dia menjelaskan meski ada sejumlah pesantren yang menjadi klaster penyebaran COVID-19. Namun dibandingkan dengan jumlah pesantren yang mencapai 29.644 pesantren, maka hal tersebut tidak seberapa.

"Itu menunjukkan disiplin yang diterapkan di pesantren lumayan tinggi. Pengasuh pesantren sampai saat ini belum menerima tamu, bahkan keluarga santri yang berpisah dari rumah pengasuh belum bisa sowan dengan kiai. Ini menunjukkan budaya cuci tangan sudah menjadi budaya di pesantren," jelas dia.

Waryono juga menambahkan sejak awal pandemi COVID-19, Kemenag telah mengeluarkan surat edaran kepada pondok pesantren, tempat pengajian, hingga rumah ibadah untuk mematuhi protokol kesehatan.

Kemenag telah menggelontorkan bantuan operasional yang diperuntukkan bagi pondok pesantren maupun tempat pengajian . Dengan bantuan operasional tersebut, dia berharap pondok pesantren maupun tempat mengaji dapat menanggulangi penyebaran COVID-19.

Pemerintah melalui Satgas COVID-19 atau #satgascovid19 terus mensosialisasikan #ingatpesanibu yakni mencuci tangan pakai sabun dan menjauhi kerumunan, memakai masker, dan menjaga jarak.

#satgascovid19 #ingatpesanibu