Jakarta (ANTARA News) - Pendidikan tinggi di Indonesia masih jarang yang menyelenggarakan program-program studi bidang industri kreatif, yang sebenarnya sangat diharapkan ditengah berkembang pesatnya industri itu.

Studi industri kreatif dimaksud diantaranya seperti grafika, teknik kemasan, animasi, dan perfilman yang mampu menghasilkan tenaga profesional setingkat sarjana dan pascasarjana, kata Wakil Menteri Pendidikan Nasional Fasli Jalal usai meresmikan Politeknik Negeri Media Kreatif (Polimedia) didampingi Direktur Polimedia Bambang Wasito Adi di Depok, Kamis.

"Bidang industri kreatif saat ini berkembang pesat dan peluangnya masih terbuka lebar untuk menyumbang pada Product Domestic Bruto (PDB) hingga 2014 nanti. Data PDB ada sekitar 6,3 persen dari Rp6 ribu triliun dikontribusikan dari industri kreatif seperti film, fesyen, percetakan, dan sebagainya," katanya.

Namun di sisi lain Indonesia menghadapi persoalan kekurangan tenaga dosen yang memiliki kompetensi setingkat sarjana. Lulusan sarjana untuk bidang industri kreatif khususnya grafika saja kita masih sulit mendapatkan, katanya.

Ia mengakui, kompetensi tenaga-tenaga dosen di politeknik khususnya Polimedia memang sudah waktunya ditingkatkan sebab sesuai dengan Undang-Undang no 14 tahun 205 tentang Guru dan Dosen, maka minimal pendidikan seorang dosen adalah sarjana strata dua.

"Selama ini untuk mengisi tenaga ahli pada bidangnya, Polimedia menggunakan tenaga-tenaga ahli dari perusahaan-perusahaan yang memiliki pengalaman yang sudah puluhan tahun seperti kemampuan pencampuran warna yang tidak bisa sembarangan dikuasai," katanya.

Selain itu, Polimedia juga mendatangkan tenaga-tenaga ahli dari luar negeri utamanya Jerman, Jepang dan beberapa negara Eropa lainnya yang memang dikenal memiliki penguasaan ilmu pada bidang garfika, desain grafis, penerbitan dan sebagainya.

"Selama proses peningkatan kompetensi dosen-dosen di Polimedia berlangsung, maka Polimedia akan tetap mengundang tenaga lepas (outsoursching) baik dari asosiasi-asosiasi seperti asosiasi desainer grafis, forum grafika digital dan sebagainya selain juga tenaga ahi dari luar negeri yang akan melakukan transfer knowledge," katanya.

Selanjutnya, para dosen-dosen politeknik secara bertahap akan ditingkatkan kompetensinya, yakni dari D3 menjadi sarjana, sementara yang sudah sarjana akan mengikuti program pascasarjana, katanya.

"Untuk mempercepat peningkatan kompetensi dosen-dosen S1, pemerintah akan menyelenggarakan program dual degree dengan sejumlah universitas di luar negeri yang selama ini sudah dikenal memiliki keunggulan pada bidang grafika dan percetakan digital misalnya. Kerjasama dual degree akan kita selenggarakan dengan universitas di Jerman, Jepang, China dan sebagainya," katanya.

Sementara itu, Direktur Polimedia, Bambang mengatakan, kebijakan pemerintah merevitalisasi Pusgrafin menjadi PoliMedia merupakan misi strategis dan menindaklanjuti amanat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 2008 yang menegaskan bahwa industri kreatif yang berbasis kreativitas dan budaya perlu untuk secara sistematis didukung melalui kebijakan pemerintah baik dari aspek industri maupun Sumber Daya Manusia (SDM).

Perubahan menjadi PoliMedia dimaksudkan untuk mendukung pertumbuhan berbagai bidang industri kreatif di Indonesia yang amat pesat di antaranya teknik grafika, desain grafis, penerbitan, periklanan, film,/video, animasi, fesyen. "Kami baru mendapatkan akreditasi setelah meluluskan mahasiswa pada 2011," ujarnya.

Ia mengatakan, Polimedia berbeda dengan perguruan sejenis di Tanah Air yang umumnya menghasilkan lulusan yang menguasai teori dan implementasi di dunia kerja, keunggulan dari politeknik yang dikelolanya, yakni para lulusan juga dibekali kemampuan untuk menghasilkan produksi.

(T.Z003/E001/S026)