Jakarta (ANTARA News) - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan bahwa defisit RAPBNP 2010 yang ditetapkan sebesar 2,1 persen dari PDB masih dalam batas yang dapat dikelola termasuk pembiayaan melalui pinjamannya.
"Defisit 2,1 persen kami anggap masih managable dan pembiayaan masih comfortable," kata Sri Mulyani dalam Economic and Political Outlook 2010 Citi Indonesia di Jakarta, Kamis.
Menurut dia, peningkatan defisit atau belanja negara akan diarahkan untuk mempertahankan daya beli masyarakat, pembangunan infrastruktur, dan reformasi birokrasi.
Menkeu mengatakan, sebagai instrumen manajemen fiskal, APBN akan menjadi instrumen yang efektif selama instrumen itu sehat.
Kenaikan defisit dari 1,6 persen menjadi 2,1 persen merupakan satu item perubahan yang dilakukan oleh pemerintah terhadap APBN 2010.
"Ada dua alasan perubahan APBN 2010 yaitu untuk menjaga dan mempercepat pertumbuhan ekonomi, dan untuk mengurangi kemiskinan," kata Sri Mulyani.
Pemerintah menaikkan defisit APBN 2010 dari 1,6 persen menjadi 2,1 persen. Defisit naik Rp38,1 triliun dari Rp98 triliun menjadi Rp129,8 triliun.
Penerimaan negara dalam APBN Perubahan 2010 diproyeksikan mencapai Rp974,8 triliun atau naik Rp25,2 triliun dibanding sebelumnya Rp949,7 triliun.
Sedangkan belanja negara mencapai Rp1.104,6 triliun atau naik Rp57 triliun dari sebelumnya Rp1.047,7 triliun.
Pemerintah menggunakan sisa lebih penggunaan anggaran (silpa) 2009 sebesar Rp38,7 triliun untuk menutup defisit APBNP 2010. Dari segi pembiayaan utang, porsi utang luar negeri akan lebih besar dibanding proyeksi semula yaitu menjadi Rp72,3 triliun dari sebelumnya Rp57,6 triliun.
(ANT/B010)
Menkeu: Defisit 2,1 Persen Masih Bisa Dikelola
18 Maret 2010 11:41 WIB
Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati. (ANTARA)
Pewarta:
Editor: Bambang
Copyright © ANTARA 2010
Tags: