Bank Dunia alokasikan Rp176,4T untuk obat dan vaksin COVID-19
14 Oktober 2020 17:21 WIB
Dokumentasi - Presiden Bank Dunia David Malpass menanggapi pertanyaan dari seorang reporter selama konferensi pers pembukaan pertemuan para menteri keuangan dan gubernur bank di Pertemuan Musim Gugur Tahunan IMF dan Bank Dunia 2019, di Washington, AS, 17 Oktober 2019. ANTARA/REUTERS/Mike Theiler/pri.
Washington (ANTARA) - Bank Dunia mengatakan dewan eksekutifnya telah menyetujui alokasi dana senilai 12 miliar dolar AS (sekitar Rp176,4 triliun) untuk membantu negara-negara berkembang membeli dan mendistribusikan vaksin, obat-obatan, serta perlengkapan tes COVID-19.
Dana itu merupakan bagian dari total anggaran senilai 160 miliar dolar AS (sekitar Rp2.352 triliun) yang akan disediakan oleh Bank Dunia untuk membantu negara-negara berkembang menanggulangi pandemi COVID-19 sampai Juni 2021.
Bank Dunia mengatakan program tersebut juga akan digunakan untuk membiayai dukungan teknis sehingga negara penerima dapat mempersiapkan distribusi vaksin dalam jumlah besar dan mengirim sinyal ke perusahan farmasi untuk memproduksi vaksin COVID-19 dalam jumlah besar.
Laporan Bank Dunia edisi Oktober 2020 menunjukkan pandemi COVID-19 menyebabkan perekonomian di Asia Timur dan Pasifik terpuruk.
"COVID-19 tidak hanya menyebabkan dampak terparah bagi masyarakat miskin, tapi juga mengakibatkan munculnya masyarakat miskin baru. Kawasan ini dihadapkan kepada serangkaian tantangan yang belum pernah dihadapi sebelumnya, dan pemerintah menghadapi pilihan yang sulit," kata Wakil Presiden Bank Dunia untuk kawasan Asia Timur dan Pasifik Victoria Kwakwa lewat pernyataan tertulisnya pada medio September.
Oleh karena situasi itu, selain mengalokasikan dana bantuan untuk pembelian vaksin dan obat, Bank Dunia juga mendesak investor dan bank agar memberi keringanan atau penundaan pembayaran utang, utamanya dari negara-negara miskin dan berkembang yang terdampak COVID-19.
Presiden Bank Dunia David Malpass pada minggu lalu mendesak investor dan pemberi pinjaman agar memberi kemudahan bagi negara-negara miskin dan berkembang untuk melakukan restrukturasi utang.
Sumber: Reuters
Baca juga: Bank Dunia: Asia Selatan mengalami resesi terburuk
Baca juga: Bank Dunia: pandemi sebabkan pertumbuhan Asia terendah sejak 1967
Dana itu merupakan bagian dari total anggaran senilai 160 miliar dolar AS (sekitar Rp2.352 triliun) yang akan disediakan oleh Bank Dunia untuk membantu negara-negara berkembang menanggulangi pandemi COVID-19 sampai Juni 2021.
Bank Dunia mengatakan program tersebut juga akan digunakan untuk membiayai dukungan teknis sehingga negara penerima dapat mempersiapkan distribusi vaksin dalam jumlah besar dan mengirim sinyal ke perusahan farmasi untuk memproduksi vaksin COVID-19 dalam jumlah besar.
Laporan Bank Dunia edisi Oktober 2020 menunjukkan pandemi COVID-19 menyebabkan perekonomian di Asia Timur dan Pasifik terpuruk.
"COVID-19 tidak hanya menyebabkan dampak terparah bagi masyarakat miskin, tapi juga mengakibatkan munculnya masyarakat miskin baru. Kawasan ini dihadapkan kepada serangkaian tantangan yang belum pernah dihadapi sebelumnya, dan pemerintah menghadapi pilihan yang sulit," kata Wakil Presiden Bank Dunia untuk kawasan Asia Timur dan Pasifik Victoria Kwakwa lewat pernyataan tertulisnya pada medio September.
Oleh karena situasi itu, selain mengalokasikan dana bantuan untuk pembelian vaksin dan obat, Bank Dunia juga mendesak investor dan bank agar memberi keringanan atau penundaan pembayaran utang, utamanya dari negara-negara miskin dan berkembang yang terdampak COVID-19.
Presiden Bank Dunia David Malpass pada minggu lalu mendesak investor dan pemberi pinjaman agar memberi kemudahan bagi negara-negara miskin dan berkembang untuk melakukan restrukturasi utang.
Sumber: Reuters
Baca juga: Bank Dunia: Asia Selatan mengalami resesi terburuk
Baca juga: Bank Dunia: pandemi sebabkan pertumbuhan Asia terendah sejak 1967
Penerjemah: Genta Tenri Mawangi
Editor: Gusti Nur Cahya Aryani
Copyright © ANTARA 2020
Tags: