Jerusalem (ANTARA News/AKI) - Ratusan warga Palestina di Jerusalem Timur melempar batu dan membakar ban-ban dalam bentrokan dengan polisi Israel di wilayah itu pada Selasa.

Aksi tersebut terjadi setelah Hamas menyerukan "hari kemarahan di tengah-tengah meningkatnya ketegangan yang dipicu pembangunan permukiman Yahudi dan pembangunan kembali satu sinagog".

Juru bicara polisi Jerusalem Shmuel Ben-Ruby mengatakan polisi menembakkan granat untuk membubarkan puluhan pengunjuk rasa di satu tempat.

Dia mengatakan para pemuka desa membantu mengakhiri aksi itu di tempat lainnya.

Sampai sejauh ini belum ada laporan mengenai korban cedera.

Lebih 3.000 personil polisi ditempatkan di Jerusalem Timur dan desa-desa sekitarnya sementara akses bagi kaum Muslim untuk menunaikan shalat dibatasi oleh penguasa setempat pada hari kelima.

Sementara itu utusan khusus Amerika Serikat untuk perdamaian Timur Tengah telah menunda lawatan ke kawasan itu karena Washington menunggu tanggapan atas tuntutannya kepada Israel agar menarik keputusan mengenai konstruksi di kawasan yang dipersengketakan di Jerusalem Timur, kata sumber-sumber.

Utusan pemerintah Obama, George Mitchell, diperkirakan kembali ke kawasan itu untuk memulai pembicaraan tidak langsung dengan para pemimpin Israel dan Palestina, tapi dia menunda lawatannya, kata sumber-sumber.

Duta besar Israel untuk AS, Michael Oren, dilaporkan menyebut situasi itu merupakan krisis.

Komentar Oren muncul setelah AS mengkritik Israel secara pedas karena mengumumkan konstruksi permukiman itu sementara Wakil Presiden AS, Joe Biden, sedang berada di negara itu pekan lalu.

Komite Pembangunan dan Perencanaan Distrik Jerusalem telah menyetujui pembangunan 1.600 unit rumah di Jerusalem Timur. Pihak Palestina menentang kegiatan tersebut. (M016/K004)