Konsultan properti ingatkan dampak resesi terhadap sektor ritel
13 Oktober 2020 14:21 WIB
Ilustrasi: Pusat perbelanjaan di Jakarta Utara cederung lengang pada Sabtu sore (12/9/2020) jelang pemberlakuan PSBB total pada Senin, 14 September 2020. ANTARA/Fianda Sjofjan Rassat
Jakarta (ANTARA) - Konsultan properti Colliers International mengingatkan berbagai pihak mengenai potensi dampak resesi terutama terhadap sektor ritel karena berbagai aspek dapat berpengaruh, termasuk persepsi warga terhadap kondisi perekonomian.
"Resesi sudah jelas bukan hal positif untuk kepercayaan konsumen, karena bila resesi, konsumen cenderung mengetatkan prioritas dan mengurangi keseluruhan pengeluaran mereka," kata Senior Associate Director Retail Services Colliers International Indonesia, Sander Halsema, Selasa.
Baca juga: Konsultan: Wajar bila jumlah pengunjung mal belum kembali normal
Sander mengemukakan dengan memilih prioritas pengeluaran, maka berdampak negatif terhadap kinerja ritel karena bisa menurunkan tingkat penjualan.
Ia memahami tujuan pemerintah untuk pemulihan ekonomi serta mengapresiasi kebijakan mengizinkan usaha ritel seperti restoran untuk dibuka kembali, meski hanya untuk 50 persen dari total kapasitas.
Baca juga: Mendag: Pembukaan pusat perbelanjaan efektif bangkitkan perekonomian
Baca juga: Pemkot Depok bertahap membuka tempat aktivitas masyarakat
Tidak hanya bagi konsumen, menurut dia, peritel juga diperkirakan bakal lebih konservatif dalam berekspansi dan lebih fokus ke toko yang berdiri sendiri atau di pinggir jalan dibandingkan di mall.
Sedangkan bagi pihak pengelola pusat perbelanjaan, ia berpendapat penting bagi mereka mengeluarkan inovasi yang fleksibel terhadap keseluruhan tarif terkait jasa penyewaan di mall yang mereka kelola.
Baca juga: Pemulihan kinerja properti pusat perbelanjaan Jakarta mulai 2021
Baca juga: Gugus Tugas ingatkan protokol kesehatan bagi pengelola fasilitas umum
"Resesi sudah jelas bukan hal positif untuk kepercayaan konsumen, karena bila resesi, konsumen cenderung mengetatkan prioritas dan mengurangi keseluruhan pengeluaran mereka," kata Senior Associate Director Retail Services Colliers International Indonesia, Sander Halsema, Selasa.
Baca juga: Konsultan: Wajar bila jumlah pengunjung mal belum kembali normal
Sander mengemukakan dengan memilih prioritas pengeluaran, maka berdampak negatif terhadap kinerja ritel karena bisa menurunkan tingkat penjualan.
Ia memahami tujuan pemerintah untuk pemulihan ekonomi serta mengapresiasi kebijakan mengizinkan usaha ritel seperti restoran untuk dibuka kembali, meski hanya untuk 50 persen dari total kapasitas.
Baca juga: Mendag: Pembukaan pusat perbelanjaan efektif bangkitkan perekonomian
Baca juga: Pemkot Depok bertahap membuka tempat aktivitas masyarakat
Tidak hanya bagi konsumen, menurut dia, peritel juga diperkirakan bakal lebih konservatif dalam berekspansi dan lebih fokus ke toko yang berdiri sendiri atau di pinggir jalan dibandingkan di mall.
Sedangkan bagi pihak pengelola pusat perbelanjaan, ia berpendapat penting bagi mereka mengeluarkan inovasi yang fleksibel terhadap keseluruhan tarif terkait jasa penyewaan di mall yang mereka kelola.
Baca juga: Pemulihan kinerja properti pusat perbelanjaan Jakarta mulai 2021
Baca juga: Gugus Tugas ingatkan protokol kesehatan bagi pengelola fasilitas umum
Pewarta: M Razi Rahman
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2020
Tags: