Havana (ANTARA News/AFP) - Pemerintah Kuba akan menutup sekitar 100 perusahaan pertanian yang dianggap tidak menguntungkan dan "mereorientasi" lebih dari 40.000 pekerja hingga akhir tahun guna mengatasi krisis ekonomi, media massa Kuba melaporkan pada hari Senin.

"Dalam rangka meningkatkan efisiensi dan produksi, kami tidak perlu pekerja dari sektor lain, melainkan kami perlu untuk menyesuaikan mekanisme kami sendiri dan perubahan bagaimana petani bekerja," kata Menteri Pertanian Kuba, Ulises Rosales del Toro, seperti dikutip surat kabar Partai Komunis yang berkuasa, Granma.

Selama pertemuan di pusat provinsi Villa Clara, del Toro mengatakan langkah itu diperlukan "karena krisis ekonomi di seluruh negeri."

Presiden Raul Castro telah merombak sektor pertanian salah satu dari prioritas "strategi"-nya, karena pukulan keras kepada negara kepulauan Karibia itu yang mengimpor sekitar 80 persen dari kebutuhan pangannya.

Pulau komunis itu telah mendistribusikan sekitar 54 persen dari properti pemerintah kepada petani swasta kecil.

Havana, yang mengendalikan 90 persen ekonomi, juga berusaha untuk menghilangkan tunjangan pengangguran sebagai bagian dari penargetan langkah "paternalisme" pemerintah selama krisis ekonomi negara terburuk sejak Uni Soviet runtuh pada 1991.

Kuba, yang telah berada di bawah embargo AS selama 48 tahun, telah menderita dari krisis keuangan global yang menurunkan pendapatan dari pariwisata dan nikel, produk ekspor utama negara itu. Tiga badai yang menghancurkan menambah beban tahun 2008.

Pemerintah, yang telah menolak untuk menaikkan penyediaan layanan kesehatan dan pendidikan gratis, memangkas impornya sekitar 37 persen tahun lalu karena kehabisan uang tunai.
(Uu.A026/A011/P003)