Jayapura (ANTARA News) - Masyarakat pedalaman Papua kini merasa sangat antusias dan tertarik mengikuti program Keluarga Berencana (KB), kata Kepala Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Provinsi Papua, Josua Singgamui, melalui sekretarisnya, Betty Kusuma Ambarwati, di Jayapura, Senin.

Ia menjelaskan, selama ini masyarakat yang tinggal di pedalaman Papua kurang memperoleh penjelasan yang benar soal program KB. Yang mereka tahu dari program KB selama ini hanyalah sebatas "dua anak cukup".

"Padahal, program KB bukan hanya untuk membatasi jumlah anak, tetapi juga untuk kesehatan keluarga, terutama ibu dan anak serta masa depannya," kata Betty Kusuma Ambarwati.

Dia menambahkan, program KB di Papua bukan untuk membatasi jumlah anak, melainkan membantu merencanakan jumlah, jangka waktu kelahiran, dan kesehatan ibu dan anak.

"KB di Papua tidak membatasi jumlah kelahiran, karena pertumbuhan penduduk di setiap daerah tidak sama. Ada yang besar dan ada sebagian relatif sangat kecil pertumbuhan penduduknya," katanya.

Betty Kususma Ambarwati menjelaskan, setelah masyarakat pedalaman mengetahui tentang hal itu, saat ini semakin banyak masyarakat yang menjadi peserta program KB.

"Bahkan terkadang kami kekurangan stok alat kontrasepsi di daerah pedalaman, akibat tingginya jumlah peserta," katanya.

Sesuai dengan data BKKBN Papua, laporan akhir pencapaian Kontrak Kinerja Provinsi (KKP) dari Bidang Keluarga Berencana (KB) dan Kesehatan Reproduksi (KR) pada tahun 2009, melampaui target.

Dari tiga jenis KKP yakni peserta KB selain KB Pria, peserta KB pria dan Pusat Informasi Konseling dan Kesehatan Reproduksi Remaja (PIK KRR), dengan jumlah sasaran target dalam kontrak yakni 17.345 orang yang terbagi dalam empat jenis kontrasepsi antara lain pil, suntikan, Implant, IUD dan MOW, pihaknya berhasil melewati target yakni mendapatkan 26.951 orang.

"Kalau ditotal dalam persentasi maka mencapai 153 persen lebih," ujar Betty Kusuma Ambarwati. (KR-MBK/R009)