New York (ANTARA) - Dolar AS sedikit menguat terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Senin (Selasa pagi WIB), saat para pelaku pasar fokus pada pembaruan tentang stimulus tambahan virus corona.

Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, naik tipis 0,01 persen menjadi 93,0636.

Pada akhir perdagangan New York, euro melemah menjadi 1,1810 dolar AS dari 1,1825 dolar AS pada sesi sebelumnya, dan pound Inggris naik menjadi 1,3063 dolar AS dari 1,3038 dolar AS pada sesi sebelumnya. Dolar Australia turun menjadi 0,7212 dolar AS dari 0,7231 dolar AS.

Dolar AS dibeli pada 105,34 yen Jepang, lebih rendah dari 105,62 yen Jepang pada sesi sebelumnya. Dolar AS turun menjadi 0,9093 franc Swiss dari 0,9097 franc Swiss, dan turun menjadi 1,3114 dolar Kanada dari 1,3131 dolar Kanada.

Pergerakan itu terjadi karena para pedagang terus memantau negosiasi stimulus di Washington. Ketua DPR AS Nancy Pelosi mengatakan pada Minggu (11/10/2020) bahwa negosiasi dengan Gedung Putih mengenai paket bantuan COVID-19 yang baru tetap menemui jalan buntu.

Kedua belah pihak telah bernegosiasi selama berminggu-minggu mengenai paket bantuan lanjutan untuk memerangi dampak ekonomi yang disebabkan oleh pandemi COVID-19. Mereka tetap berjauhan tentang berapa banyak dukungan yang harus diberikan dan apa yang harus ditargetkan.

Pemerintahan Trump pada Minggu (11/10/2020) meminta Kongres untuk mengesahkan RUU bantuan virus corona yang dilucuti menggunakan dana sisa, ketika negosiasi tentang paket yang lebih luas mengalami penolakan.

"Kami berbicara triliunan (dalam stimulus) satu hari dan itu miliaran pada hari berikutnya dan itu (mungkin) akan menjadi jutaan berikutnya. Rasanya semakin kecil menjelang pemilihan," kata Phillip Streible, kepala strategi pasar di Blue Line Futures di Chicago seperti dikutip Reuters.

Lebih dari 7,78 juta kasus COVID-19 yang dikonfirmasi telah dilaporkan di Amerika Serikat dengan hampir 215.000 kematian pada Senin sore (12/10/2020), menurut penghitungan oleh Universitas Johns Hopkins.