Denpasar (ANTARA News) - Jalanan di Bali, seperti di sekitar Kota Denpasar hingga Kuta, Senin, semarak oleh arak-arakan ribuan ogoh-ogoh aneka jenis dan corak dengan berbagai ukuran hasil kreasi masing-masing banjar atau dusun guna menyambut datangnya Hari Raya Nyepi.

Pawai ogoh-ogoh, sejenis patung atau boneka itu digelar beberapa jam sejak sore hingga Senin malam atau bertepatan dengan pergantian siang-malam, dan mampu menarik perhatian banyak wisatawan, baik domestik maupun mancanegara.

Waktu penyelenggaraan festival ogoh-ogoh saat pergantian siang-malam, agar "buta kala" bisa dinetralisir kembali ke tempatnya dan pelaksanaan "Catur Brata Penyepian" dapat berjalan lancar.

"Warga juga menyelenggarakan ritual mengibas-ngibaskan api keliling rumah, membunyikan aneka alat seperti `kulkul` (kentongan) dan menyemburkan tiga jenis bumbu, sebagai bagian dari upaya menetralisir `buta kala`," ujar Nyoman Yasa yang tinggal di kawasan Lumintang, Denpasar.

Ogoh-ogoh merupakan lambang/simbol kekuatan jahat atau negatif, yang dikalahkan oleh kebaikan atau kebenaran.

Kegiatan tersebut dilanjutkan pembakaran ogoh-ogoh di setra atau kuburan masing-masing banjar. "Pembakaran ogoh-ogoh sebagai simbol kekuatan jahat itulah yang diistilahkan sebagai malam `pengerupukan`," ujar Nyoman Yasa.

Wisatawan yang memadati pinggiran jalan yang menjadi rute pawai ogoh-ogoh di sekitar Denpasar hingga Kuta, juga tak lupa mengabadikan atraksi tersebut dengan kamera foto dan alat perekam video.

Pemerintah Kota Denpasar bahkan melombakan ogoh-ogoh dari masing-masing banjar yang ditampilkan, dengan menilai aspek kreasi seni, ukuran, kelengkapan lampu atau obor dan lainnya.

Ogoh-ogoh yang diarak di berbagai jalanan umumnya juga dilengkapi lampu penerang listrik atau obor, dengan aneka corak baru yang berbeda dari tahun-tahun sebelumnya.

Di saat iring-iringan ogoh-ogoh yang disertai kelompok pemuda yang menampilkan aneka tetabuhan, seperti seni tradisi bleganjur, juga diwarnai bunyi dentuman petasan yang tiada henti.

Petugas kepolisian yang telah siaga sejak awal, mengatur rute arak-arakan tersebut, sehingga ritual itu umumnya berjalan lancar, kecuali di berbagai lokasi seperti di jalan Gajah Mada, Veteran, Cokroaminoto, Gatot Subroto sempat memacetkan arus lalu lintas kendaraan bermotor.(Ant/R009)