Semarang (ANTARA News) - Pakar Transportasi Universitas Soegijapranata Semarang Djoko Setijowarno mengatakan, optimalisasi kembali jaringan rel kereta api yang sekarang "mati suri" jauh lebih efektif dibanding membangun banyak jalan tol di Jawa Tengah.

"Potensi jaringan rel kereta api ini cukup besar, terutama untuk angkutan barang," kata Djoko dalam diskusi terbatas yang digelar Fraksi Partai Keadilan Sejahtera Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Jawa Tengah, di Semarang, Senin.

Menurut dia, membuka jaringan rel yang mati ini jauh lebih murah jika dibanding membangun jalan tol yang membutuhkan biaya besar serta menyebabkan alih fungsi lahan pertanian cukup besar di provinsi ini.

Ia menjelaskan, jaringan rel yang dibangun Belanda pada masa lalu, hingga saat ini masih ada dan dapat difungsikan kembali.

Ia mengungkapkan, jaringan rel ini menghubungkan seluruh wilayah di Pulau Jawa, kecuali wilayah Salatiga dan Pacitan.

Secara keseluruhan, kata dia, jaringan rel kereta api di Pulau Jawa mencapai panjang 1.130 kilometer dan baru sekitar 502 kilometer di antaranya saja yang beroperasi.

"Jaringan rel yang saat ini digunakan oleh masyarakat dalam status pinjam kepada pemerintah," kata dia.

Oleh karena itu, lanjut dia, jika jaringan rel kereta api ini akan dihidupkan kembali, pemerintah tidak perlu melakukan pengadaan lahan, namun cukup dengan menertibkan masyarakat yang tinggal di jaringan rel tersebut.

Menurut dia, pembangunan kembali jaringan kembali rel kereta api ini akan mempermudah distribusi angkutan barang, jika dibanding menggunakan angkutan jalan raya.

Ia mencontohkan, distribusi batu bara atau minyak dengan kapasitas besar akan menyebabkan jalan raya lebih cepat rusak.

Oleh karena itu, lanjut dia, dengan menghidupkan kembali jalur kereta yang sudah lama mati ini, pemerintah sesungguhnya tidak perlu membangun jalan tol yang membutuhkan biaya tinggi dan mengancam keberadaan lahan pertanian.

"Untuk membangun satu kilometer jalan tol, butuh biaya sekitar Rp80-90 miliar, sementara untuk menghidupkan kembali jaringan rel yang mati hanya akan membutuhkan sekitar Rp10 miliar," katanya.

Selain itu, lanjut dia, pemerintah pusat juga telah menyatakan kesanggupannya untuk mengucurkan anggaran untuk penghidupan kembali jalur rel yang mati ini.

Sementara itu, anggota Panitia Khusus Rancangan Peraturan Daerah Rencana Tata Ruang Wilayah DPRD Jawa Tengah M. Haris mengatakan, pihaknya memperhatikan masukan untuk menghidupkan kembali jaringan rel kereta api ini.

Bahkan, lanjut politikus Partai Keadilan Sejahtera ini, pembahasan tentang rel kereta yang "mati suri" ini juga sudah masuk dalam draf pembahasan rencana tata ruang.

"Rencana tata ruang ini berlaku hingga 25 tahun ke depan, namun untuk menghidupkan kembali jalur kereta yang mati ini tentunya tidak perlu menunggu bertahun-tahun," katanya.

(T.I021/S026)